Mohon tunggu...
Andreas Silalahi
Andreas Silalahi Mohon Tunggu... Lainnya - saltedfish

Mahasiswa Kehutanan,Pejuang Pemikir - Pemikir Pejuang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kritik Mahasiswa dan Mahasiswa Kritis

7 Juni 2020   20:59 Diperbarui: 8 Juni 2020   03:24 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendengar kata "Mahasiswa" tentunya sudah tidak asing dalam telinga kita,menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Mahasiswa  adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi, lagi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Perguruan Tinggi adalah tempat pendidikan dan pengajaran tingkat tinggi (seperti sekolah tinggi, akademi, universitas).

Karena saya adalah Mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas maka dari itu saya akan mencoba mengambil presepsi dari judul yang saya tulis ini tentang  Mahasiswa yang kuliah di Universitas agar teman-teman Mahasiswa yang berasal dari Sekolah Tinggi,dll tidak bias dalam memandang apa yang saya tuliskan.

Kritik Mahasiswa,sejatinya kritik adalah suatu upaya yang dikemukakan yang tujuannya adalah untuk membangun,membangun adalah sesuatu yang menjadikan suatu bentuk,tentunya bentuk yang diinginkan adalah bentuk yang cakap,bentuk yang bernilai seni,tiada satupun daripada kita yang ingin membangun untuk mendapatkan bentuk yang jelek , maka dari itu kritik akan coba saya utarakan kepada status saya sendiri dan rekan-rekan saya Mahasiswa, karena kritik Mahasiswa adalah upaya membangun konsepsi tentang pandangan hidup Mahasiswa sekarang yang menurut saya penting untuk saya curahkan.

Sepengalaman saya menjadi seorang Mahasiswa,suatu branding yang kerap dikemukakan bahwa Mahasiswa itu agent of change,yang berarti agen perubahan,agen menurut saya adalah orang yang ditugaskan untuk menuntaskan suatu misi penting untuk kepentingan kehidupan Negara-nya,branding yang kerap kali diutarakan adalah Mahasiswa itu harus terus berjuang.

Rata-rata yang saya kenal Mahasiswa yang menangkap konsep berjuang ini adalah Mahasiswa yang sering mengkritik,rajin ikut aksi atau demonstrasi adalah Mahasiswa yang berjuang,sejarah-sejarah tentang aksi Mahasiswa pada Orde lama dan juga yang paling terkenal pada saat Orde Baru adalah hidangan yang terus disajikan kepada para Mahasiswa-mahasiswa terutama lagi Mahasiswa baru yang kerap dilihat masih "hijau" laksana buah adalah buah yang belum matang.

Konsep-konsep seperti ini terus dibangun terus menerus dari tahun ke tahun hingga muncul paradigma tentang Mahasiswa,bahwasannya Mahasiswa berjuang itu adalah dia yang sering mengkritik dan rajin mengikuti aksi atau demonstrasi,namun hal tersebut kerap ditentang oleh para Mahasiswa yang menurut saya memiliki pandangan yang berbeda, ada juga Mahasiswa yang sangat getol mengemukakan bahwa prestasi akademik adalah esensi yang utama dalam kehidupan sebagai Mahasiswa, mengikuti lomba,mendapatkan IPK tinggi adalah jati diri mahasiswa sebenarnya.

Hal-hal seperti ini kerap sekali sering bergesekan satu sama lain diantara Mahasiswa itu sendiri,pandangan yang berbeda dalam menyikapi sesuatu hal adalah hal yang wajar bagi seorang manusia, tentunya bagi seorang Mahasiswa,namun kerap sekali perbedaan pandangan ini tidak menjadikan hal yang menurut saya dapat melahirkan kekuatan yang sangat besar yang datang daripada para Mahasiswa itu sendiri.

Kerap sekali yang saya lihat dari kedua belah pihak ini melahirkan konfrontasi akan pandangan mereka yang saling kontradiksi dalam menyikapi pandangan tentang Mahasiswa itu sendiri,beberapa kerap kali saya dengar bahwa Mahasiswa yang sering mengikuti aksi,sering mengkritik suatu hal atau kebijakan memandang Mahasiswa yang ber- IPK tinggi atau yang sering mengikuti lomba adalah tipikal Mahasiswa yang apatis karena tidak ingin tahu bagaimana kondisi negara saat ini.

Sebaliknya juga Mahasiswa yang mengkritik,rajin ikut aksi dan semacamnya dinilai sebagai Mahasiswa yang kuker (Kurang kerjaan) mengingat waktu yang mereka habiskan adalah mengritik atau demonstrasi saja bukan mengejar apa yang menurut mereka penting yaitu catatan akademik yang memuaskan, polemik-polemik seperti inilah yang mengakibatkan virus-virus perpecahan rawan masuk dan mendiami tubuh Mahasiswa itu sendiri.

Mulai dari Mahasiswa yang berlatarbelakang aksi massa dan massa aksi yang  kerap menjadi alat politik juga urusan komersialisasi pendidikan yang diciptakan birokrat yang anti kritik yang cenderung membatasi pemikiran bebas Mahasiswa dengan mengedepankan bahwa Mahasiswa itu harus ber-IPK tinggi, ikut lomba sana sini, hingga nantinya dapat diperbudak oleh kapitalisme, dimana kita tahu bahwa kapitalisme murni adalah suatu tindakan penindasan kepada kalangan rakyat kecil, dengan tanpa menjadikan-nya selama proses belajar di perguruan tinggi menjadi praktisi yang handal sesuai dengan disiplin ilmunya

Tentunya hal tersebutlah yang  membuat Mahasiswa kerap tidak lagi menjadi sesuatu yang begitu esensial dikarenakan sudah mulai ada suatu hal yang mendikte mereka sebagai Mahasiswa,namun memang menurut saya hal-hal seperti ini harus terus dihilangkan oleh tubuh Mahasiswa itu sendiri,dikarenakan sikap idealisme semu itu tentu dapat melahirkan suatu hal yang mengakibatkan tergerusnya esensi agent of change itu sendiri itulah mengapa ego diantara kedua belah pihak ini harus dapat dilihat benang merahnya agar dapat memutus parasit dari inangnya,apa rupanya benang merah yang dimiliki keduanya ? 

Tentunya status dan TriDharma yang mereka emban,yaitu status sebagai Mahasiswa dan TriDharma perguruan tinggi,dimana inilah esensi yang harus disadari,disatu sisi kita harus terima bahwa untuk menjadi Mahasiswa yang siap dalam dunia yang serba dinamis sekarang catatan akademik yang bagus memanglah hal yang penting,namun sifat agent of change itu sendiri harus juga dilatarbelakangi oleh daya kritis, dan juga retorika yang mempuni ,kita tidak bisa hanya meng-iyakan satu hal saja bila memandang nama Mahasiswa itu sendiri,sepakatnya kita harus bisa menyetujui bahwa Mahasiswa itu adalah manusia dan manusia itu memiliki sifat dasar dalam memandang suatu hal itu berbeda namun akibat dari perbedaan ini harusnya dapat menjadi momentum kebangkitan bersama dalam menjiwai apa yang disebut Mahasiswa itu.

Menurut saya Mahasiswa mempunyai pola perjuangan yang berbeda mulai dari sikap mengkritisi hingga melakukan demonstrasi, juga mendapatkan catatan akademik yang baik,semua itu adalah tata cara berjuang versi Mahasiswa,dan tidak ada yang dapat disalahkan dari itu semua,hanya saja pemahaman dalam berjuang itu harus sama yaitu kita sebagai agent of change harus dapat mengerti bahwa berjuang itu harus mengedepankan kepentingan rakyat.

Mungkin kita bisa melihat kebelakang dari peristiwa reinaissance yang terjadi di Eropa yang terjadi sebagai proses peralihan dari abad pertengahan menuju abad yang modern,dimana reinassance ini adalah bentuk kritik terhadap persoalan Eropa yang dahulunya kurang terbuka terhadap perkembangan science,hal ini tentu dapat kita jadikan contoh bila tetap mengecap suatu pihak itu adalah bentuk kesesatan dari esensi yang kita anggap benar adalah suatu kesalahan karena proses penyatuan gagasan untuk berkembang itu sifatnya tidak boleh hanya searah saja menurut saya.

Begitu juga yang terjadi di Eropa kala itu,para intelektual,filsuf dan cendikiawan yang lain berkumpul pada satu colosseum untuk membahas persoalan yang terjadi,seharusnya hal seperti ini dapat dicontoh oleh para Mahasiswa dewasa ini,dengan disiplin perjuangan yang berbeda tentunya Mahasiswa dapat bersatu untuk membela dan mengedepankan kepentingan rakyat banyak,karena kekuatan dari berbagai elemen sangatlah dibutuhkan.

Dengan sepakat bahwa sama-sama berjuang untuk kepentingan rakyat itu adalah Mahasiswa kritis yang sebenarnya,kita tidak bisa meng-iyakan bahwa dia yang mengikuti lomba dan cenderung tidak ikut menjadi aksi massa dan massa aksi bukanlah sesuatu hal yang kritis justru itu adalah bentuk kritik dimana dia menciptakan sesuatu yang membangun yaitu membuat suatu penelitian yang dapat dipakai untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan tentunya ber-impact kepada masyarakat.

Sejatinya juga Mahasiswa yang sering sekali sebagai pengkritik kebijakan dan rajin ikut menjadi aksi massa dan massa aksi adalah bentuk kritik atas keresahan yang dapat timbul pada masyarakat atas kebijakan yang dikeluarkan,tentunya dengan independesi sebagai Mahasiswa untuk kepentingan rakyat,esensi seperti inilah yang harus kita bangun secara bersama sekarang ini bahwa kita berjuang itu berbeda-beda tidak hanya dalam demonstrasi,namun juga harus dalam mengikuti lomba-lomba sebagai inovasi dalam pembangunan kerangka berpikir dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Seperti yang Tan Malaka sebutkan "Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan" sejatinya ,untuk apa kita mengenyam pendidikan tinggi dengan disiplin ilmu khusus kalau kita tidak cakap dalam praktik dan pembelajarnnya ,"Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali" juga buat apa kita merasa cakap dalam bidang ke-ilmuan bila kita tidak pernah menoleh kepada rakyat yang ada Negara kita ini,hal tersebut haruslah seimbang dalam diri kita sebagai Mahasiswa.

Meskipun saya percaya masih ada mahasiswa yang menilai bahwa menjadi seorang aksi masa dan masa aksi dan menjadi seseorang yang mengikuti lomba dan ber-IPK tinggi adalah bentuk perjuangan akan statusnya sebagai Mahasiswa itu sendiri,ini hanyalah opini saya menyikapi pelbagai polemik yang menurut saya harus diluruskan kepada kita sebagai Mahasiswa,tetaplah berjuang digaris masing-masing,Indonesia perlu kaum Muda yang bersatu seperti yang dikatakan Bung Besar kita,"Hei, pemuda-pemudi Indonesia! Jika kutanya, 'Berapa jumlahmu'? Jawablah, 'Kami hanya satu!' karena bila kita bersatu esensi daripada Mahasiswa ini pasti akan kokoh sebagai agent of change.

Kira-kira inilah opini saya sebagai seorang Mahasiswa lebih kurangnya saya hanyalah makhluk biasa dan penulis amatir yang mencoba untuk lebih ekspresif dengan apa yang saya lihat dan rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun