Mohon tunggu...
Andreas Silalahi
Andreas Silalahi Mohon Tunggu... Lainnya - saltedfish

Mahasiswa Kehutanan,Pejuang Pemikir - Pemikir Pejuang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kritik Mahasiswa dan Mahasiswa Kritis

7 Juni 2020   20:59 Diperbarui: 8 Juni 2020   03:24 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tentunya status dan TriDharma yang mereka emban,yaitu status sebagai Mahasiswa dan TriDharma perguruan tinggi,dimana inilah esensi yang harus disadari,disatu sisi kita harus terima bahwa untuk menjadi Mahasiswa yang siap dalam dunia yang serba dinamis sekarang catatan akademik yang bagus memanglah hal yang penting,namun sifat agent of change itu sendiri harus juga dilatarbelakangi oleh daya kritis, dan juga retorika yang mempuni ,kita tidak bisa hanya meng-iyakan satu hal saja bila memandang nama Mahasiswa itu sendiri,sepakatnya kita harus bisa menyetujui bahwa Mahasiswa itu adalah manusia dan manusia itu memiliki sifat dasar dalam memandang suatu hal itu berbeda namun akibat dari perbedaan ini harusnya dapat menjadi momentum kebangkitan bersama dalam menjiwai apa yang disebut Mahasiswa itu.

Menurut saya Mahasiswa mempunyai pola perjuangan yang berbeda mulai dari sikap mengkritisi hingga melakukan demonstrasi, juga mendapatkan catatan akademik yang baik,semua itu adalah tata cara berjuang versi Mahasiswa,dan tidak ada yang dapat disalahkan dari itu semua,hanya saja pemahaman dalam berjuang itu harus sama yaitu kita sebagai agent of change harus dapat mengerti bahwa berjuang itu harus mengedepankan kepentingan rakyat.

Mungkin kita bisa melihat kebelakang dari peristiwa reinaissance yang terjadi di Eropa yang terjadi sebagai proses peralihan dari abad pertengahan menuju abad yang modern,dimana reinassance ini adalah bentuk kritik terhadap persoalan Eropa yang dahulunya kurang terbuka terhadap perkembangan science,hal ini tentu dapat kita jadikan contoh bila tetap mengecap suatu pihak itu adalah bentuk kesesatan dari esensi yang kita anggap benar adalah suatu kesalahan karena proses penyatuan gagasan untuk berkembang itu sifatnya tidak boleh hanya searah saja menurut saya.

Begitu juga yang terjadi di Eropa kala itu,para intelektual,filsuf dan cendikiawan yang lain berkumpul pada satu colosseum untuk membahas persoalan yang terjadi,seharusnya hal seperti ini dapat dicontoh oleh para Mahasiswa dewasa ini,dengan disiplin perjuangan yang berbeda tentunya Mahasiswa dapat bersatu untuk membela dan mengedepankan kepentingan rakyat banyak,karena kekuatan dari berbagai elemen sangatlah dibutuhkan.

Dengan sepakat bahwa sama-sama berjuang untuk kepentingan rakyat itu adalah Mahasiswa kritis yang sebenarnya,kita tidak bisa meng-iyakan bahwa dia yang mengikuti lomba dan cenderung tidak ikut menjadi aksi massa dan massa aksi bukanlah sesuatu hal yang kritis justru itu adalah bentuk kritik dimana dia menciptakan sesuatu yang membangun yaitu membuat suatu penelitian yang dapat dipakai untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan tentunya ber-impact kepada masyarakat.

Sejatinya juga Mahasiswa yang sering sekali sebagai pengkritik kebijakan dan rajin ikut menjadi aksi massa dan massa aksi adalah bentuk kritik atas keresahan yang dapat timbul pada masyarakat atas kebijakan yang dikeluarkan,tentunya dengan independesi sebagai Mahasiswa untuk kepentingan rakyat,esensi seperti inilah yang harus kita bangun secara bersama sekarang ini bahwa kita berjuang itu berbeda-beda tidak hanya dalam demonstrasi,namun juga harus dalam mengikuti lomba-lomba sebagai inovasi dalam pembangunan kerangka berpikir dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Seperti yang Tan Malaka sebutkan "Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan" sejatinya ,untuk apa kita mengenyam pendidikan tinggi dengan disiplin ilmu khusus kalau kita tidak cakap dalam praktik dan pembelajarnnya ,"Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali" juga buat apa kita merasa cakap dalam bidang ke-ilmuan bila kita tidak pernah menoleh kepada rakyat yang ada Negara kita ini,hal tersebut haruslah seimbang dalam diri kita sebagai Mahasiswa.

Meskipun saya percaya masih ada mahasiswa yang menilai bahwa menjadi seorang aksi masa dan masa aksi dan menjadi seseorang yang mengikuti lomba dan ber-IPK tinggi adalah bentuk perjuangan akan statusnya sebagai Mahasiswa itu sendiri,ini hanyalah opini saya menyikapi pelbagai polemik yang menurut saya harus diluruskan kepada kita sebagai Mahasiswa,tetaplah berjuang digaris masing-masing,Indonesia perlu kaum Muda yang bersatu seperti yang dikatakan Bung Besar kita,"Hei, pemuda-pemudi Indonesia! Jika kutanya, 'Berapa jumlahmu'? Jawablah, 'Kami hanya satu!' karena bila kita bersatu esensi daripada Mahasiswa ini pasti akan kokoh sebagai agent of change.

Kira-kira inilah opini saya sebagai seorang Mahasiswa lebih kurangnya saya hanyalah makhluk biasa dan penulis amatir yang mencoba untuk lebih ekspresif dengan apa yang saya lihat dan rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun