Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis media sosial. Sudah menulis 3 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA (2015), IMAN YANG MEMBUMI (2016), dan MENATA BANGSA YANG BERADAB (2025) . Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metode PBL Berbasis Diskusi Kelompok dalam Pelajaran PAKat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Fase F Kelas XI TBSM 1 SMKS Sanjaya Bajawa

22 Maret 2025   10:59 Diperbarui: 22 Maret 2025   11:21 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Diskusi Kelompok oleh AI

https://drive.google.com/file/d/1h2mwd2QOUdMVeTLolKTp_n61U2eYX-ub/view?usp=drive_link

Proses pembelajaran yang bervariasi dan menarik merupakan prasyarat terciptanya iklim belajar yang baik bagi peserta didik. Proses pembelajaran yang bervariasi dapat dilakukan melalui penggunaan beragam metode pembelajaran yang tepat dan pemanfaatan media belajar yang selaras dengan kesiapan pendidik dan lembaga pendidikan, serta kesesuaian karakteristik peserta didik dan materi yang dipelajari. Dalam praksisnya, proses pembelajaran yang bervariasi akan sangat menarik dan tidak membosankan. Ini tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar peserta didik, baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

            Proses pembelajaran yang bervariasi dan menarik juga harus dimanfaakan penggunaannya dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAKat) dan Budi Pekerti. Disadari bahwa proses pembelajaran yang monoton dan berpusat pada pendidik sebagai satu-satunya sumber pengetahuan atau yang biasa disebut dengan Teacher Centered Learning (TCL), pastinya tidak menyenangkan dan akan berdampak negatif terhadap hasil belajar peserta didik. Peserta didik akan merasa jenuh, bosan, mengantuk, dan bahkan tertidur selama proses pembelajaran. Ini tentunya akan berimbas pada hasil belajar yang tidak memuaskan. Serentak dengan itu, peserta didik tidak dilatih untuk kreatif dalam menyelesaikan masalah, miskin dalam penggunaan kata-kata, lemah dalam berkomunikasi, serta tidak mampu menerima perbedaan pendapat, yang dalam mana hal ini merupakan kebutuhan dasar untuk keberlangsungan hidup di tengah masyarakat.

            Kenyataan ini mengharuskan perubahan paradigma mengajar oleh para pendidik untuk menciptakan proses pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan, melalui penggunaan berbagai metode pembelajaran secara tepat, yang disertai pula kesanggupan untuk memanfaatkan media belajar yang kontekstual seturut karakteristik peserta didik, dan pemahaman yang luas tentang materi pembelajaran.

            Salah satu metode pembelajaran yang seharusnya bisa digunakan untuk menciptakan proses pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan adalah metode Problem Based Learning (PBL) berbasis diskusi kelompok. Metode ini menawarkan pemanfaatan media belajar dan kesesuaiannya dengan karakteristik peserta didik. Selain itu dapat pula menciptakan situasi belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan daya kreatifitas peserta didik, yang tentunya akan berdampak pada hasil belajar yang memuaskan.

            Berdasarkan uraian singkat di atas, tulisan ini berfokus pada penggunaan metode PBL berbasis diskusi kelompok untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas XI TBSM 1 di lembaga pendidikan SMKS Sanjaya Bajawa.

Pada uraian lebih lanjut, hasil belajar akan berfokus pada penilaian kognitif dan afektif, teristimewa sub elemen kreatif. Penilaian kognitif bersumber pada penilaian akhir pelajaran melalui penilaian obyektif, sedangkan penilaian afektif bersumber pada lembaran observasi dalam penilaian dimensi Profil Pelajar Pancasila, terkhusus dimensi kreatif, dalam mana diharapkan agar peserta didik mampu bereksperimen, menghasilkan gagasan, dan mengekspresikan gagasan dalam bentuk karya atau tindakan.

Selanjutnya dapat diakses di sini: https://drive.google.com/file/d/1h2mwd2QOUdMVeTLolKTp_n61U2eYX-ub/view?usp=drive_link

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun