Mohon tunggu...
andre akter
andre akter Mohon Tunggu... Penulis - belajar menuangkan pemikiran dalam bentuk tulisan dari membaca dan melihat realitas.

membaca adalah melihat dunia, menulis adalah mengubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Minuman Keras dan Polemik Pendidikan di Papua

28 Mei 2021   22:19 Diperbarui: 28 Mei 2021   23:16 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lulusan anak Papua yang baik dapat terlihat dalam perkembangan dirinya untuk bersaing ke jenjang akademik yang lebih tinggi di nasional maupun tingkat internasional. Hal ini memacu individu untuk terus berkompetisi lebih baik, namun itu tidak mewakili keseluruhan dari realita kurikulum pendidikan di Papua. Kenyataannya masih banyak anak yang putus sekolah dan ada bermacam-macam kendala sosial.

Pada kenyataannya, masih ada yang perlu diberi perhatian lebih; kesesuaian antara kurikulum dan demografi untuk menunjang pertumbuhan SDM yang berjalan lambat. Ini penting agar masyarakat memperoleh hak-hak dasar untuk menerima ilmu pengetahuan, meskipun memang juga sudah ada sekolah bertaraf standar nasioal dan standar internasional di Papua.

Tetapi, sekolah seperti itu bisa terlihat letak posisinya berada di lingkungan sosial seperti apa. Lalu ada juga sekolah-sekolah yang infrastruktur pendidikannya kurang, seperti fasilitas perpustakaan, buku-buku bacaan, laboratorium yang minim peralatan, dll., serta kurang kompetensi tenaga pengajar bahkan tenaga pengajar di kampung-kampung hanya satu atau tidak lebih dari tiga, dan yang benar-benar mengajar dengan hati. Semuanya diperlukan untuk mengejar ketertinggalan dalam sistem pendidikan yang terus berkembang.

Kesetaraan pendidikan di Papua tetap harus menjadi prioritas, mengingat masih banyaknya permasalahan pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Masih banyak yang harus diperbaiki lagi. Minimnya jangkauan pendidikan di daerah kecil, dan kurang tersosialisasikannya manfaat pendidikan, serta banyak wacana program pemerintah yang implementasinya tidak berjalan  baik untuk semua orang agar mendapatkan hak pendidikan yang sama.

Faktor Keterbatasan biaya pendidikan juga berpengaruh, jarak fasilitas sekolah-sekolah yang jauh, kualitas pendidikan yang rendah, perekonomian orang tua terbatas, sistem pendidikan tidak menjawab kebutuhan dan keadaan lokal, guru-guru yang ditempatkan di pedalaman menghadapi banyak hambatan yang kompleks dan kurangnya pelatihan untuk guru-guru, fasilitas perumahan bagi guru di daerah pedesaan kurang dan di tempat yang ada kadang guru tidak ada di tempat, banyak tenaga pengajar memiliki komitmen yang rendah karena status kondisi kerja yang kurang baik (honorer).

Kurikulum pendidikan yang terpusat dan sistem penyampaian yang ditentukan oleh pemerintah pusat kadang juga tidak berkaitan dan tidak sampai dengan kondisi siswa-siswa di pedalaman atau kampung-kampung tertinggal. Sementara itu sarana pendidikan di Provinsi Papua dari SD sampai perguruan tinggi telah lengkap di perkotaan, tetapi masih kurang di pesisir/pedalaman. Selain itu, angka partisipasi pendidikan formal di pedesaan masih rendah dibandingkan di perkotaan. Secara kuantitas, sarana pendidikan terlengkap ada di wilayah perkotaan.

Sementara itu, di wilayah kecil jumlah fasilitas pendidikannya rendah. Selama ini sektor pendidikan menjadi tolok ukur peningkatan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan memang menjadi salah satu masalah utama bagi tanah Papua. Begitu luasnya wilayah dengan medan yang berat menjadi kendala utama dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pesebaran penduduk yang tidak merata juga menyulitkan dalam pembangunan fasilitas pendidikan. Belum lagi kendala minimnya jumlah tenaga pengajar. Tidak heran jika masih banyak anak asli Papua yang belum menikmati bangku sekolah, terutama di daerah pesisir dan pedalaman.

Memang diperlukan kesabaran namun tidak ada yang tidak mungkin harus yakin bahwa ini adalah generasi berpotensi memiliki kemampuan luar biasa. sama seperti anak-anak pada umumnya meskipun wadah untuk mengasah keterampilan dan kemampuanmu itu terbatas. Namun dalam keterbatasan inilah gunakan akal sehat itu untuk berjuang melawan ruang dan waktu.

Jangan pernah memandang kegagalan sebagai batu sandungan jadikan ia proses belajar, batasan hidup itu hanya kata-kata untuk memperlemah manusia agar tidak mampu berjuang memilih kalah sebelum mencoba. Ayo, generasi muda Papua dunia ini maju untuk kalian. Keluar dari tempurungmu lihat di ujung bumi sana ada cahaya pergi bawah harapn itu kembali sinari tanahmu.

Jangan salah memilih dan melangkah dunia selalu hadir dengan wajah nikmat dunia akan selalu menujukan hal-hal yang kita butuhkan. untuk menjawab itu diperlukan kerja keras dan berpikir cerdas jika hari ini Papua dirusak dengan minuman keras kemudian volume pendidkan berjalan lambat. maka komitmen untuk menyelamatkan yang tersisah, saling memberdayakan agar bisa mengukir prestasi dilingkungan akademik maupun non-akademik. dengan karya-karya luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun