Model yang ideal adalah sistem entrepreneurial sales:
Gaji pokok setara UMR, cukup buat hidup, tapi nggak bikin nyaman.
Ditambah modal iklan pribadi sekitar Rp1 juta per bulan untuk uji strategi digital.
-
Manajer wajib memantau laporan harian dan hasil prospek setiap minggu.
Evaluasi dilakukan tiap dua bulan. Kalau dua bulan gak ada penjualan, ya harus dievaluasi.
Sistem ini kejam buat yang malas, tapi adil buat yang perform.
Karena di dunia sales, hasil adalah segalanya.
Pola Pikir Baru: Dari "Sibuk" ke "Produktif"
Masalah terbesar di banyak perusahaan properti bukan kurangnya tenaga, tapi salahnya fokus.
Mereka lebih sibuk bikin aktivitas daripada menghasilkan hasil nyata.
Tim penuh, pameran jalan, konten banyak tapi konversi nihil.
Sudah waktunya ganti mindset.
Efisiensi bukan berarti pelit, tapi tahu mana yang benar-benar berdampak dan mana yang cuma terlihat sibuk.
Lebih baik punya 5 orang produktif dengan sistem jelas daripada 15 orang yang sibuk bikin laporan tanpa penjualan.
Kesimpulan: Pameran Boleh, Tapi Jangan Jadi Kebiasaan
Pameran tidak harus dihapus. Tapi jangan dijadikan agenda rutin yang habisin budget tanpa evaluasi.
Lebih baik dana disebar ke billboard dan digital ads yang jelas ukurannya.
Pameran tetap boleh, tapi cukup beberapa kali dalam setahun, dengan fokus pada penutupan prospek panas.