Mohon tunggu...
Andre Jayaprana
Andre Jayaprana Mohon Tunggu... Administrasi - write and share

seek first to understand

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Katedral Indah di Pontianak dan Jiwa Kelana

23 Oktober 2016   16:13 Diperbarui: 25 Oktober 2016   07:28 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Katedral Santo Yoseph Pontianak, September 2016 (dokumen pribadi)

Kita bagai kelana menyusur cakrawala menuju langit suarga

Diantar nyanyi enau dan hawa segar pulau yang indah di bibir samudra

kehidupan yang penuh hasrat dan semangat. Ooo...

Angin iman membawa balada syair indah untuk meluhurkan Tuhan

Ke dinding bukit-bukit namaNya diserukan oleh alam dan manusia

dengan hati yang tulus ikhlas dan gembira. Ooo...

Cukup banyak saya membaca tentang katedral indah di Pontianak itu, tapi yang paling berkesan tentu saja adalah sebagai pengelana dan umat yang berkesempatan mampir membawa diri hadir langsung di katedral itu untuk meluhurkan Tuhan.

Kesan pertama yang sangat menggugah jiwa pengelana saya, bukan tanpa arti rasanya kalau dibuai lagu pembuka yang begitu indah ketika pertama kalinya mengikuti misa petang di hari Minggu pertengahan September lalu (11/09/2016). “Kelana”, itulah lagu pembuka misa petang pukul 16.30 WIB di Katedral Santo Yoseph Pontianak saat itu. 

Rasanya begitu lama saya sudah kehilangan lagu indah berirama keroncong dari kumpulan lagu di Madah Bakti itu sampai begitu menyentuh ketika mendengarnya kembali ketika pertama hadir di katedral Pontianak.

Betul bagi siapapun yang menulis bahwa katedral ini begitu indah dan megah sekaligus begitu besar dan ikoniknya di pusat kota Pontianak. Pontianak sendiri adalah salah satu kota dari tiga kota di Kalimantan yang masuk dalam kategori 10 kota paling toleran di Indonesia versi Setara Institute tahun 2015. 

Persis sehari sebelumnya (10/09/2016) saya berada di Singkawang menyaksikan dan mengagumi wujud Masjid Raya Singkawang yang indah dan megah dan pada Minggu petang itu saya dapat beribadah di katedral yang indah dan megah di Pontianak.

Patung Santo Yoseph di ketinggian menara jam dilihat dari sisi jalan Pattimura (dokumen pribadi)
Patung Santo Yoseph di ketinggian menara jam dilihat dari sisi jalan Pattimura (dokumen pribadi)
Pintu utama katedral ketika dibuka menjelang misa petang (dokumen pribadi)
Pintu utama katedral ketika dibuka menjelang misa petang (dokumen pribadi)
Kedua tempat beribadah yang saya sebut itu boleh dikatakan belum lama selesai direnovasi. Keduanya mempunyai sejarah yang panjang di Kalimantan Barat dan entah kebetulan seperti apa jika sebuah biro konsultan arsitektur lokal yang sama pula yang membantu renovasi kedua tempat beribadah tersebut bersolek, milik putra daerah Kalimantan Barat sehingga tidak heran juga kalau arsitektur kontemporer yang dihasilkan, tidak melupakan unsur-unsur lokal Kalimantan Barat.

Wujud katedral menjelang direnovasi, sumber: kasih-damai.blogspot.co.id
Wujud katedral menjelang direnovasi, sumber: kasih-damai.blogspot.co.id
Katedral ikonik tampak dari keramaian jalan Gajah Mada Pontianak, Sept. 2016 (dokumen pribadi)
Katedral ikonik tampak dari keramaian jalan Gajah Mada Pontianak, Sept. 2016 (dokumen pribadi)
Tampak dalam kubah Katedral Santo Yoseph Pontianak (dokumen pribadi)
Tampak dalam kubah Katedral Santo Yoseph Pontianak (dokumen pribadi)
Tampak dalam Altar katedral (dokumen pribadi)
Tampak dalam Altar katedral (dokumen pribadi)
Iringan musik berciri hakka yang mengiringi paduan suara menyanyi lagu “Kemuliaan” atau mandarin ketika menyanyikan lagu “Bapa Kami” memberi nuansa yang semakin khusyuk dalam beribadah. Misa petang saat itu mungkin biasa saja bagi umat Katolik Pontianak, namun begitulah dalam setiap perjalanan yang saya tempuh ada sesuatu yang menyentuh hati dan terus tinggal dalam kenangan. 

Misa yang penuh keberagaman dengan sentuhan keroncong sebagai pembuka yang indah, iringan musik hakka dan mandarin dalam doa, dan harapan besar bahwa katedral indah dan megah ini sungguh dapat menjadi basilika minor kebanggaan Indonesia suatu saat nanti.

Petugas koor Minggu petang 11 Sep 2016 (dokumen pribadi)
Petugas koor Minggu petang 11 Sep 2016 (dokumen pribadi)
Kita bagai kelana menyusur cakrawala menuju langit suarga

Diantar nyanyi enau dan hawa segar pulau yang indah di bibir samudra

kehidupan yang penuh hasrat dan semangat. Ooo...


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun