Mohon tunggu...
Ando Ajo
Ando Ajo Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance Writer

Asli berdarah Minang kelahiran Melayu Riau. Penulis Novel Fantasytopia (2014) dan, Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih (2016). Find me at: andoajo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Apa yang Kaucari?

20 April 2016   15:08 Diperbarui: 20 April 2016   15:11 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi; Dakwahlah Dengan Ajakan Kebaikan, Bukan Caci dan Makian - by; muhammadiyah.or.id"][/caption]

Aku utara…kala berhembus angin surga. Pada sesuatu yang lebih berharga, pada rupa, pada harta di lain cerita. Berpikir hidup abadi selamanya, tak hendak mendengar tulusnya kata pada lain manusia. Tak hendak memandang pada yang derita. Tiada asa kecuali takhta. Ahh, tentu saja, tubuh-tubuh molek wanita.

Dan aku…bangga.

Aku timur…kala semuanya terasa samar dan mata ini…lamur. Berkilah tak ingin tersungkur, biarkan saja mereka berendah muka atau tafakur. Tidak penting tiada kuukur. Asal diri tetap bisa nyenyak tidur, kesenangan terpenuhi terhibur. Dan biarkan mereka memeras keringat lembur, asal lahanku selalu subur, memenuhi perut yang gembur.

Dan aku tertawa dalam kufur.

Aku selatan…tak peduli pada semua tingkah berlainan. Persetan. Asal ada sedikit embus kesegaran, tiada peduli sahabat rekan sejawan, khianati saja asal terpenuhi kantong keinginan. Ambisi tiada berkesudahan. Siang malaikat pengulur bantuan, malam pula rupa berubah iblis jelmaan.

Dan aku…menikmati hidup dalam kesenangan.

Aku barat…kala terpenuhi semua yang tersurat hingga tersirat, dan aku…tercekat. Ke mana semua keangkuhan yang pernah kuperalat? Jiwa-jiwa yang begitu gampangnya kukhianat? Tertunduk…sadarkah diri selama ini bejat? Menangis dalam geliat, percuma…tiada yang hendak berjabat.

Sudahlah sudahilah semua kulikat. Ingatkanlah di mana waktu akan beristirahat penat. Sentuhkanlah lantai mengkilat pada kusamnya jidat.

Dan aku…terperangah pada hakikat.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun