"Dr." dengan "D" huruf besar. Ini salah. Sebab jika ditulis dengan huruf "D" besar maka "Dr." itu artinya "doktor" atau gelas Sarjana S3. Bukan "dokter".
Intinya, mutu SDM kita buruk. Guru yang mengajar juga kerapkali tidak menguasai bidang studi yang diajarkan.
Dulu kan guru dicomot dari lulusan SMA, Sarjana S1, yang belum tentu menguasai bidangnya. Dan seringkali tidak tahu cara-cara mengajar yang baik dan benar.
Baru belakangan  dipersyaratkan guru harus dari lulusan IKIP. Lulusan IKIP pun acapkali memble.
Dulu saat masih kerja, saya pernah meng-interview lulusan UGM jurusan Sejarah yang ingin lamar jadi marketing. Menulis CV pun amburadul. Siswa sekolah menengah yang lulus tidak siap kerja. Bahkan lulusan perguruan tinggi pun tidak siap pakai. Tidak siap terjun ke masyarakat.
Jadi sesungguhnya, pondasi pendidikan dasar kita payah.
Anak-anak seharusnya memiliki dua sumber pendidikan, yakni pendidikan dari keluarga (Bapak/Ibu) dan Sekolah (Guru).
Paling utama Dan penting ialah pendidikan dari keluarga. Ini yang tidak diperoleh  anak-anak kita. Ditambah lagi dengan sedikit yang bisa diperoleh dari sekolah. Apalagi sekolah cuma melakukan "pengajaran" bukan "pendidikan".
Sehingga jangan heran apabila kita melihat saat pulang sekolah para siswa  suka tawuran di jalanan.
Dan, sebagian besar orangtua, Bapak/Ibu, memang tidak lulus SD atau SMP. Lalu, bagaimana para orangtua itu bisa mengajari dan mendidik anak-anaknya?
Para Bapak dan Ibu sudah sibuk bekerja di sawah, di pabrik, mana ada waktu lagi memperhatikan anak-anaknya?