Yogyakarta, 12 September 2024 -- Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum kembali menorehkan sejarah penting dalam gerakan pesantren hijau. Melalui unit Krapyak Peduli Sampah (KPS), pesantren ini tidak hanya menjadi narasumber, tetapi juga menjadi tuan rumah acara Pelatihan Pengolahan Sampah Pesantren "Tirakat Pesantren Merawat Bumi".
Acara ini terselenggara atas kolaborasi RMI PWNU DIY, Pesantren Emas, Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum, Pesantren An-Nur, dan Pesantren Assalafiyah, dengan peserta lebih dari 40 pesantren se-Yogyakarta. Kegiatan ini dibuka langsung oleh KH Nilzam Yahya, Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak sekaligus Ketua RMI PWNU DIY, yang menegaskan pentingnya merawat bumi sebagai bagian dari tirakat pesantren.
"Merawat bumi adalah bagian dari ibadah. Pesantren harus menjadi pionir perubahan budaya dalam mengelola sampah, bukan hanya untuk lingkungan pesantren, tetapi juga untuk masyarakat luas," tegas KH Nilzam Yahya dalam sambutannya.
KPS: Dari Beban Sampah Menjadi Gerakan Hijau
Sejak berdiri, Krapyak Peduli Sampah (KPS) telah menjadi laboratorium nyata pengolahan sampah mandiri di pesantren. Dipimpin oleh Andika Muhammad Nuur, KPS berhasil menurunkan volume sampah di lingkungan Pondok Pesantren Krapyak dari 2 ton per hari menjadi hanya 100 kg per hari. Prinsip utama yang diterapkan adalah "sampah hari ini selesai hari ini", sebuah filosofi sederhana namun revolusioner dalam konteks pesantren.
Andika menjelaskan bahwa pengelolaan dilakukan melalui dua jalur utama:
Pengolahan Hulu (Sumber Sampah)
Santri diajak memilah sampah sejak dari kamar dan dapur.
Disediakan tempat sampah terpilah (organik, anorganik, residu).
Edukasi rutin melalui halaqah, kajian, hingga kegiatan harian.
Pengolahan Hilir (Pengelolaan dan Pemanfaatan)
Sampah organik: dijadikan kompos, pakan maggot, pakan ternak (ayam dan ikan), bahkan bahan biogas.
Sampah anorganik: dikelola melalui bank sampah, dijual sebagai rosok, atau diolah menjadi produk kreatif (kaligrafi dari plastik, sandal multilayer, gantungan kunci, hingga trifting pakaian bekas).
Ekonomi sirkuler: dari hasil penjualan, KPS mampu menghasilkan omzet bulanan puluhan juta rupiah yang kembali digunakan untuk operasional dan pemberdayaan santri.
"Pesantren bisa mandiri kalau sampahnya dikelola. Yang tadinya dianggap masalah, justru jadi berkah. Bukan hanya lingkungan bersih, tapi juga ada nilai ekonomi dan keberlanjutan," jelas Andika Muhammad Nuur di hadapan peserta.
Adaptasi Budaya Santri: Perubahan Nyata dalam 3 Bulan
Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam pelatihan ini adalah proses adaptasi perubahan budaya santri. Awalnya, banyak yang ragu bahwa santri bisa disiplin dalam memilah dan mengolah sampah. Namun KPS membuktikan bahwa dengan edukasi, pembiasaan, dan keteladanan, perubahan besar bisa terjadi.
Dalam kurun waktu tiga bulan, budaya santri Pondok Pesantren Krapyak mengalami transformasi nyata:
Dulu: Sampah sering berserakan di asrama dan halaman. Tong sampah penuh bercampur tanpa pemilahan.
Kini: Santri terbiasa memilah sampah organik,anorganik (27 pilahan lainya), membawa sampah ke TPS pesantren, bahkan ikut mengolahnya di unit KPS.
Dulu: Kebersihan dianggap tugas petugas pesantren.
Kini:Â Santri merasa memiliki tanggung jawab bersama. "Kebersihan bagian dari iman" benar-benar menjadi praktik hidup sehari-hari.
Salah satu santri Aliyah Putra mengungkapkan, "Awalnya sulit. Tapi setelah terbiasa, rasanya tidak enak kalau buang sampah sembarangan. Justru lebih bangga kalau bisa bantu pesantren jadi bersih."
Proses ini menunjukkan bahwa perubahan perilaku bukan hal mustahil jika ada sistem, pendampingan, dan keteladanan yang konsisten.
Tirakat Pesantren Merawat Bumi: Pesantren Bersatu untuk Lingkungan
Pelatihan ini bukan sekadar kegiatan teknis, tetapi juga gerakan spiritual. Konsep "tirakat pesantren merawat bumi" dimaknai sebagai bagian dari jihad ekologis. Para peserta belajar bahwa menjaga bumi bukan hanya kebutuhan praktis, melainkan amanah keagamaan.
Dalam sesi pelatihan, KPS memberikan materi langsung mengenai:
Teknik pemilahan sampah di pesantren.
Cara membuat kompos sederhana.
Pemanfaatan sampah organik untuk maggot dan biogas.
Strategi membangun bank sampah di pesantren.
Model ekonomi sirkuler yang bisa diterapkan di pesantren.
Para peserta, yang datang dari lebih dari 40 pesantren se-Yogyakarta, mengikuti dengan penuh antusias. Alhamdulillah, berdasarkan evaluasi, hampir 100% pesantren peserta sudah mulai mengolah sampah mandiri. Beberapa di antaranya adalah Pondok Pesantren Al Imdad, Pondok Pesantren Nuruddolam, Pondok Pesantren Al Hidayah, hingga Pondok Pesantren Pandanaran.
KPS sebagai Model Nasional
Keberhasilan KPS dalam mengubah budaya santri dan mengelola sampah mandiri menjadikannya model yang bisa direplikasi di pesantren lain. Dengan dukungan RMI PWNU DIY, diharapkan gerakan ini bisa meluas ke seluruh pesantren di Indonesia.
Andika Muhammad Nuur menegaskan bahwa pesantren memiliki potensi luar biasa sebagai agen perubahan lingkungan. "Santri jumlahnya jutaan di Indonesia. Kalau semua pesantren bergerak, maka bukan hanya sampah berkurang, tapi juga ada perubahan budaya besar-besaran di masyarakat," ujarnya penuh semangat.
Penutup
Acara pelatihan "Tirakat Pesantren Merawat Bumi" di Pondok Pesantren Krapyak menjadi momentum penting untuk menggerakkan pesantren menuju kemandirian dan kepedulian lingkungan. Dengan dukungan KH Nilzam Yahya, RMI PWNU DIY, serta kolaborasi pesantren-pesantren besar, gerakan ini telah menumbuhkan kesadaran baru bahwa pesantren hijau bukan lagi impian, tetapi kenyataan yang sedang tumbuh.
Krapyak Peduli Sampah, dengan pengalaman dan komitmen kuat, berhasil menunjukkan bahwa perubahan budaya santri dalam mengelola sampah bisa terjadi cepat, hanya dalam tiga bulan. Kini, pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga pusat lahirnya peradaban ramah lingkungan.
Dengan semangat tirakat, santri merawat bumi, bumi pun insyaAllah akan merawat generasi santri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI