Yogyakarta -- Pada 1 Desember 2023, Krapyak Peduli Sampah (KPS) yang berlokasi di Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum, Komplek Patmasuri, menerima kunjungan tamu istimewa dari Taiwan dan Amerika. Mereka datang untuk meninjau langsung bagaimana sistem pengolahan sampah organik di KPS yang selama ini menjadi pionir dalam memadukan nilai agama, budaya, dan teknologi ramah lingkungan.Â
Fokus kunjungan ini adalah sistem biogas dan biodigester yang telah dikembangkan KPS. Teknologi ini memungkinkan limbah organik, khususnya dari sisa makanan santri, dapur pondok, dan pasar sekitar, diolah menjadi energi alternatif berupa gas metana. Gas tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak di dapur pondok, sehingga mampu mengurangi ketergantungan pada gas LPG sekaligus menekan biaya operasional pesantren.
Menurut Andika Muhammad Nuur, Direktur KPS, prinsip dasar yang dipegang dalam pengelolaan sampah di Krapyak adalah "sampah hari ini selesai hari ini." Dengan disiplin pengelolaan ini, setiap sampah yang masuk langsung dipilah dan diolah, tidak menumpuk dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Proses pengolahan biogas di KPS diawali dengan pemilahan sampah organik dan anorganik. Sampah organik kemudian melalui tahap penggilingan untuk memperkecil ukuran, sehingga mempercepat proses fermentasi. Setelah itu, sampah organik dimasukkan ke dalam reaktor biodigester, di mana mikroorganisme bekerja menguraikan material organik dalam kondisi anaerob. Dari proses ini, dihasilkan biogas berupa metana yang ditampung untuk kebutuhan energi, serta residu berupa pupuk cair dan padat yang digunakan kembali dalam pertanian organik dan peternakan di lingkungan KPS.
Para tamu dari Taiwan dan Amerika terlihat antusias saat menyaksikan langsung proses ini. Mereka menilai KPS berhasil membangun sebuah sistem ekonomi sirkuler yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pesantren maupun masyarakat sekitar.
Kunjungan ini membuktikan bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga laboratorium sosial-ekologis yang mampu memberi inspirasi global. Para tamu internasional pun mengapresiasi bagaimana pesantren mampu mengintegrasikan kearifan lokal, nilai agama, dan teknologi ramah lingkungan dalam satu ekosistem pengelolaan sampah yang utuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI