Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Australia Calon Negara Super Power di Masa Depan

10 Agustus 2023   21:50 Diperbarui: 11 Agustus 2023   00:19 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Saat Obama berkuasa beliau lebih fokus pada pemanasan global. Jaman Trump malah mendukung industri minyak dan seperti menghapus program Obama. Artinya belum ada pemimpin Amerika yang fokus pada masalah ini.

Barulah setelah Biden jadi presiden maka Amerika mulai fokus membahas industri kenderaan listrik. Jadi seperti biasa Amerika punya jargon juga. " You should do what we do". Maka sekarang banyak negara di dunia ini yang mulai membicarakan kenderaan listrik. Sebab Bos Besar sudah memulainya.

Merasa bahwa kekuasaannya suatu saat bakal dikebiri oleh Tiongkok, maka Amerika harus buat sesuatu yang bisa menyaingi mereka bukan menandingi ya. Karena Amerika sudah terlambat 20 tahun dibandingkan Tiongkok jika bicara mobil listrik.

Apalagi Amerika punya salah satu dari empat bahan yang dibutuhkan dalam membuat baterei kenderaan listrik yaitu Lithium. Hanya hal ini harus dibicarakan baik-baik dengan aktifis lingkungan hidup jika ingin menambangnya.

Sembari menunggu pembicaraan ini menemui kata mufakat maka Biden merasa perlu membuat kebijakan yang paling tidak bisa sedikit memberi pukulan ke Tiongkok.

Maka dikeluarkanlah kebijakan Inflation Reaction Act. Bagi rakyat Amerika kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Sementara bagi Uni Eropah kebijakan ini membuat mereka kesulitan menarik investor karena dengan adanya kebijakan ini maka banyak potongan pajak yang dibuat sehingga membuat Amerika menjadi surga investasi lagi. Nah bagi Australia pula kebijakan ini memudahkan mereka untuk minta utangan sama Amerika.


Soalnya bagi negara yang pernah menandatangani Free Trade Agreement dengan Amerika maka bisa memohon pinjaman, mendapatkan subsidi dan potongan pajak dan bea cukai dari pemerintah Amerika.

Nah kesempatan ini dimanfaatkan Australia untuk membangun industri refinery Lithium yang saat ini masih di dominasi oleh Tiongkok.

Untuk anda ketahui bahwa Australia itu populasinya kan hanya ada di pesisir. Jadi ditengah-tengah itu sebenarnya tidak ada manusianya. 95 persen luasnya dibandingkan yang berpenduduk. Disitulah terkumpul segala macam bahan tambang yang dibutuhkan dunia termasuk Lithium. Wajar dong jika mereka ingin membangun industri refinery karena mereka punya gudangnya.

Meskipun untuk saat ini produksi Lithium hasil refinery mereka masih tergolong mahal ketimbang produksi Tiongkok namun dari kualitas masih lebih tinggi ketimbang produksi Tiongkok. Jika dibandingkan keduanya Tiongkok hanya menang di harga yang lebih murah karena biaya produksi yang murah juga. Mungkin hasilnya akan menjadi lain jika Australia juga bisa menurunkan harga paling tidak sama dengan harga produksi Tiongkok.

Jadi dengan adanya bantuan dari pemerintah Amerika dan APBN negara sendiri maka Australia ingin menguasai pangsa pasar refinery Lithium paling tidak 20 persen di tahun 2027. Kalau sekarang mereka hanya menguasai 1 persen saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun