Kepalaku terasa ditembak dengan peluru tajam hingga menembus jantungku, urat nadiku terasa putus tanpa isyarat Setelah mendengar apa yang barusan ibu katakan. Aku tidak tahu lagi apa yang harus lakukan. Â Rasanya Tuhan benar-benar tidak adil kepadaku. Aku langsung menuju kamarku ku banting pintu kamar dengan kuat dan berharap semua ini hanyalah mimpi.
Aku meninju dinding kamarku dengan tangan kosong secara berulang-ulang. Rasa sakit ini tak sebanding dengan aku rasakan. Satu-satunya orang yang membuatku bertahan saat ini sudah pergi dari kehidupanku. Ibuku ? Ia tidak sayang padaku. Ia bahkan pernah membawaku ke tempat anak temannya yang merupakan seorang Psikiater. ibuku juga sudah lama menganggapku anak yang aneh.Â
Saat itu terdapat sebuah obrolan serius antara ibuku dan wanita itu. Saat itu pula aku benci semua orang selain ayah. Sekarang aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi.Â
Duniaku hanyalah semu.
tapi harapan tetap kucari......................