Mohon tunggu...
Tulis Ansa
Tulis Ansa Mohon Tunggu... Administrasi - Setiap kesulitan pasti ada kemudahan

Siapapun yang ingin menjadi teman saya dengan cara follow akun ini dengan senang akan saya follow balik 😊 kita sama-sama belajar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antena Konslet Si Laki-laki Biasa di Bawah Pijakan Orang Lain

22 Maret 2022   11:05 Diperbarui: 22 Maret 2022   12:52 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Woii." 

Teriaknya sambil menarik buku gambarku hingga membuatnya robek terbelah dua.

"Gak ada, cuman satu."

 ucapku sambil berdiri menatapnya dengan tajam, beberapa anak yang lain terdiam heran melihatku tidak seperti biasanya yang selalu diam dan  nurut ketika dinakali oleh segerombolan anak gembul itu.  aku rasa muak telah menjadi bahan ejekan dan leluconnya mereka. kali ini mereka telah merusak buku gambar satu-satunya kesayanganku pemberian ayahku.

"Alasan pelit lo! Surya, ambil pulpennya."  Seru Dumber kepada Surya. Ia pun merampas Pulpenku dari tanganku. Sontak kananku meninju muka Surya dengan mukanya bagiku sangat menjengkelkan dan melemparkan kursi kepada Dumber membuat ia terjatuh ke lantai. Meja didepanku aku banting hingga menimpa teman-teman gerombolannya yang lain. rasanya aku tidak bisa lagi mengendalikan amarahku ketika teringat setiap perkataan cacian dan ejekan mereka, bahkan guru-guru disekolah ini tak tangung-tanggung untuk menjadikanku lelucon sebagai bahan tertawaan untuk kepuasan batin mereka. 

"Dasar Antena Konslet bodoh, Antena konslet Stress, Ankon anak nolep" kata-kata itu tak pernah hilang dipikiranku.

Anak-anak yang lain berhamburan keluar ketakutan tiba-tiba datang seorang lelaki paruh baya dengan seragam batik lengkap dengan celana hitam yang dipakai. Kumis tebalnya seolah tak asing lagi bagi siapa saja yang melihat dan ternyata Ia adalah Guru Matematika kami yang ingin mengajar dikelas bernama Pak Algorit.

"Ada apa ini ribut-ribut." Ucapnya dengan  heran dengan mata tertuju ke arahku kemudian langsung melirik kepada Segerembolan anak-anak setan yang terkapar kesakitan.

"Ankon pak, dia melempari kami dengan kursi dan meja." Ucap Dumber sambil memegang kepalanya yang sedikit berdarah  terkena kayu tajam kursi yang aku lempar. Kalimat itu seakan aku benar-benar membantainya dengan sengaja.

"Mereka duluan merusak bukuku." Kataku pelan sambil menunduk.

"Nggak sengaja itu pak," timpalnya. Mukanya seolah-olah sengaja dengan menuduhku dengan cara licik mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun