Apa itu terorisme?
Sebelum memulai membahas artikel ini alangkah baiknya kita mengenal istilah terorisme terlebih dahulu. Terorisme merupakan tindakan yang dianggap tidak manusiawi, karena mereka melakukan penyerangan dengan kekerasan, menebar teror  yang membuat kita panik dan ketakutan. Alasan melakukan aksi terorisme pun bermacam-macam, mulai dari alasan politik yang ingin mendirikan negara baru, tidak puas dengan keadaan sosial dan ekonomi bahkan sampai alasan religius seperti membela nama agama.
Pelaku terorisme adalah manusia biasa bukan seorang psikopat maupun pembunuh tetapi mereka yang selalu diajarkan atau biasa yang disebut dicuci otak dengan diajarkan paham-paham radikalisme dan di iming-iming jaminan hidup, kesehatan, kesejahteraan hingga rayuan surgawi yang dijadikan propaganda guna merekrut anggota, sebagai misal diberi pemahaman jikalau membunuh orang non muslim sama dengan melakukan jihad melawan orang kafir dan bisa masuk surga seperti itu. Terorisme juga dapat membuat suatu negara menjadi sangat-sangat kacau, seperti yang kita ketahui di negara Irak dan Suriah yang disana terorisme membuat hancur berantakan negara tersebut. Contoh lain di Somalia yang sering kali terjadi aksi pembajakan atau perompakan kapal yang tengah melintas.
Definisi terorisme sendiri masih belum tentu di konsus global, tetapi ada pemahaman bersama bahwa terorisme adalah kekerasan yang bermotif ideologi dan politik. Banyak orang menyangka bahwa seakan-akan terorisme konotasinya hanya islam saja. Tetapi terorisme tidak terbatas hanya satu agama saja dan tidak terbatas kepada satu ideologi politik. Radikalisme itu ditiap agama pasti ada kelompok radikal yang menuju terorisme, bisa jadi dari agama yahudi, kristen, hindu, bahkan yang tidak beragama juga ada. Jadi bukan hanya islam saja yang selalu di sangkutpautkan dengan terorisme.Â
Tidak tau kenapa terorisme selalu dikaitkan dengan agama Islam. Saya bisa yakin seratus persen bahwa penganut agama islam yang baik yang mendalami ilmu agama dengan baik tidak akan pernah berpikir untuk menjadi terorisme. Bahkan diajaran Islam sendiri tidak pernah mengajarkan untuk melakukan kekerasan atau ancaman kepada orang lain walaupun dia seorang non muslim. Dan tidak ada ayat satu pun dalam Al-qur’an yang menerangkan bahwa manusia harus menjadi terorisme. Dalam hal ini agama Islam sangat dirugikan oleh pihak yang mengatasnamakan agama Islam.
Terorisme di IndonesiaÂ
Di Indonesia sendiri mempunyai sejarah terorisme cukup buruk, dari tahun ketahun banyak aksi terorisme yang membuat kita warga Indonesia merasa perihatin dengan kejadian ini. Kejahatan terorisme harus segera di hentikan, karena selain banyak nyawa yang tidak bersalah yang menjadi korban atas aksi terorisme ini, warga yang menjadi takut untuk pergi kemana-mana, turis asing yang tidak mau berkunjung lagi ke Indonesia yang berdampak buruk bagi pendapatan negara maupun bagi daerah wisata yang sering dikunjungi oleh turis untuk berlibur.
Jaringan teroris di Indonesia tidaklah sedikit melainkan juga banyak, pertama adanya kelompok teror Jemaah Ansharut Tauhid yang  diketuai oleh Abu Bakar Baasyir, kelompok yang mendukung gerakan ISIS. Kedua adanya Mujahidin Indonesia Timur, kelompok yang mendukung ISIS juga. Kelompok ini dipimpin oleh Abu Wardah atau yang biasa dikenal Santoso yang sering menyebutkan bahwa kelompok ini sebagai Prajurit Negara Islam dan ada juga Mujahidin Indonesia Barat yang dipimpin oleh Abu Roban dan masih banyak lagi.
Jadi terorisme di Indonesia bukanlah hal yang baru lagi, dimasa Presiden Soekarno juga terjadi yaitu dengan adanya DI/TII yang dipimpin oleh Kartosoewirjo yang memilki tujuan untuk mendirikan negara islam di Indonesia. Saya mengatakan ini merupakan terorisme di Indonesia karena DI/TII mengintimidasi pemerintah bahkan rakyat Indonesia untuk membuat negara sendiri didalam negara Indonesia. Seperti pengertian terorisme yang lain yaitu terorisme merupakan sebuah tindakan intimidasi terhadap individu ke individu lain, individu ke kelompok atau kelompok dengan kelompok. (Wikipedia).
Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia telah mengalami serangan teroris yang parah, menghadapi tantangan terorisme yang besar, dan juga telah membuat kemajuan dalam mengatasinya. Tren kelompok teroris yang beroperasi di Indonesia untuk fokus pada sasaran lunak mengakibatkan terjadinya bom Bali yang sering dikunjungi oleh para turis berbagai negara pada tahun 2002 dan 2005. Pemboman  di Jakarta terhadap hotel JW Marriott yang merenggut banyak nyawa dan melukai banyak orang. Aksi ini dilakukan oleh jaringan Jamaah Islamiyah (JI) yang dibentuk di Malaysia pada tahun 80an. Tujuannya untuk membuat negara Islam yang meliputi Negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura.
Pemerintah Indonesia memulai upaya yang lebih luas untuk melawan ancaman terorisme dalam penanganan segera setelah bom Bali 2002. Sejak itu, pemerintah Indonesia terus mengembangkan upaya nya untuk melawan maraknya kegiatan teroris. Dan lahirnya pendekatan baru dalam penanganan terorisme yakni menegakan hukum yang sebelumnya menggunakan pendekatan keamanan melalui operasi militer dengan menggunakan landasan Undang-Undang subversif (Upaya pemberontakan dalam merobohkan struktur negara) yang dimana cara ini masih belum efektif karena tidak ada satupun organisasi teroris yang berhenti karena adanya operasi militer ini. Kemudian Pemerintah melakukan pendekatan secara menyeluruh dengan mengedepankan aspek pencegahan. Berdasarkan dari DPR, Pemerintah mengeluarkan PERPRES No.46 Tahun 2010 tentang pembentukan Badan Nasionalisme Penanggulangan Terorisme (BNPT), yang kemudian di beri wewenang untuk mengkoordinasi, merumuskan strategi dan kebijakan dalam melaksanakan program penanggulangan terorisme.
Dan tidak pula Polri telah berhasil membongkar beberapa jaringan teroris dan Pemerintah terus memperkuat kemampuan satuan penanggulangan terorisme kepolisian atau yang biasa di sebut Densus 88. Pemerintah juga telah membuat kemajuan yang signifikan dalam mengakhiri konflik separatis di Aceh dan Papua, yang telah membantu mengurangi serangan teroris oleh separatis. Dan akhir-akhir ini, radikalisasi besar-besaran siswa yang di Pesantren atau sekolah Islam dan penyebaran pengaruh seperti di perguruan tinggi yang menjadi perhatian saat ini.
Keterlibatan TNI dalam Penanganan Terorisme
Sampai saat ini keterlibatan TNI dalam menangani terorisme masih menjadi perdebatan dan pro kontra hingga saat ini. Menurut kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) tahun 2011-2014 Bapak Ansyaad Mbai mengatakan bahwa rencana menggunakan militer dapat menimbulkan masalah baru karena harus jelas peraturan batasan TNI dalam penanganan terorisme. Alasan beliau bahwa selama ini sudah ada peran Densus 88 Antiteror dan BNPT itu sendiri, beliau juga mengatakan bahwa pendekatan hukum merupakan pemilihan yang tepat sebagai bentuk penindakan.
Pelibatan TNI juga tidak diterima oleh beberapa koalisi masyarakat sipil, alasannya keterlibatan tentara merupakan kemunduran dalam reformasi. Karena masa reformasi ini tentara dan polisi dipisahkan tugasnya. Padahal keterlibatan TNI sudah diatur dalam Undang-Undang TNI Pasal 7 ayat 2 dan 3 bahwa militer dapat beroperasi selain perang berdasarkan keputusan politik negara yaitu Presiden. Pihak yang tidak setuju menilai bahwa keterlibatan TNI berpotensi memicu pelanggaran hak asasi manusia, karena menggeser pendekatan hukum menjadi pendekatan militer lagi dalam upaya pemberantasan terorisme. Dan bagaimana dengan terorisme yang membunuh banyak orang yang tidak bersalah atas aksinya apakah itu bukan melanggar HAM juga.
Bagi saya militer boleh saja terlibat ketika situasi ancaman yang dihadapi diluar batas kemampuan polisi seperti pencarian Santoso yang bersembunyi di hutan-hutan, sebab polisi di tugaskan bukan untuk berperang. Bisa saja TNI dan Polri saling membantu, begitu terjadi terorisme TNI sudah siap siaga tanpa harus menerima perintah. Seperti yang kita ketahui aksi terorisme bukan hanya dilakukan di daratan saja, kalau saja terjadi di laut lepas seperti pembajakan kapal Sinar Kudus pada tahun 2011, Polri tidak memiliki kemampuan sehingga di terjunkan nya pasukan khusus TNI AL yaitu Denjaka dan Kopaska bahkan pasukan khusus TNI AD Sat Gultor 81 diterjunkan untuk menjalankan tugas ini.
Memang menurut saya lebih baik kepolisian berkerja sama dengan tentara dalam penanganan ini, tentara yang melakukan operasi militer sedangkan kepolisisan yang mengurusi tindak pidana. Mungkin saja dibentuk badan khusus untuk mengawasi penanganan yang dilakukan TNI dan Polri, memberi batasan kepada TNI bahwa operasi militer tidak boleh ada aksi tembak-menembak kalau tidak diperlukan atau tidak dalam keadaan bahaya mungkin, dan agar bisa menerima laporan dari masyarakat yang merasa dirugikan misalnya pemeriksaan yang dikhawatirkan terjadi kekerasan .
TNI kita juga memiliki banyak pasukan khusus di darat, laut, maupun udara. Kopassus, Tontaipur, Denjaka, Kopaska, Paskhas, Sat Bravo-90 yang dimana pasukan ini merupakan pasukan elit yang dimilki Indonesia yang bahkan sudah diakui di dunia. Bekerja sama antara Densus 88 Antiteror dengan pasukan khusus TNI yang bagi saya itu bisa membuat teroris ketakutan dengan sistem penanganan terorisme di negara kita ini.
Mayor Jenderal TNI I Nyoman Cantiasa pernah mengatakan : "Jangan sampai ada Satuan yang mempunyai kemampuan, Tetapi Tidak Punya Kewenangan" karena tidak adanya perlindungan hukum untuk bergerak.
