Mohon tunggu...
anazalmansour
anazalmansour Mohon Tunggu... Anaz Almansour I Motivator Kepribadian

Anaz Almansour Adalah Motivator Kepribadian dan Trainer Pengembangan Kepribadian, Certified Profesional Emotion Coach serta penulis buku best seller Zero Emotion juga Zero Emotion Learning juga Expert sebagai Coach Leadership "Zero Emotion Leadership Dan Training Zero Emotion Quotient (ZEQ)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Zero Emotion Leadership / Menjadi Pemimpin Zero Emotion

7 Mei 2025   08:59 Diperbarui: 7 Mei 2025   08:59 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zero Emotion Leadership - Anaz Almansour

Zero Emotion Leadership

Menjadi Pemimpin Zero Emotion

EMOSI merupakan dasar yang dimiliki setiap orang, dan emosi ini sangat berpengaruh pada tindakan atau perbuatan, bisa menuju ke negatif atau negatif. Tergantung pada seseorang bagaimana emosi ini terjadi ada yang meledak ledak, ada yang bisa mengendalikan ada yang dengan ketenangan/zero emotion dalam menghadapi berbagai tantangan atau merespon segala sesuatunya, dan emosi memiliki impact pada diri sendiri tergantung dalam mengelolanya, jika bisa mengelola dengan baik maka kolerasinya adalah seseorang memiliki kecerdasan emosiona/EQ yang stabil dan kecerdasan emosional itu merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Dari cara mengelola emosi ini akan berkolerasi dengan kecerdasan seseorang dalam merespon segala sesuatunya karena cara merespon akan sangat bepengaruh terhadap kualitas hidup seseroang terutama bagi seorang pemimpain yang merupakan role model dalam suatu organisasi, dan ini akan terlihat dari cara merespon pada staf dan cara bekomunikasinya seorang pemimpin sangat terlihat apa bijaksana tau tidak dalam menghadapi sesgala ssuatunya terutama saat merespon suatu masalah, apakah dengan berdebat, atau dengan cara ketenangan mencerna terlebih dahulu atau hanya mau menang sendiri menhadirkan egonya bahwa dirinya adalah pemimpin salah atau benar harus diikuti, atau win win solution dengan mencari cara yang terbaik

Maka sebagai pemimpin harus menguasai kecerdasan emosional/EQ terutama bagaimana mengelola segala sesuatu dengan ketenangan/zero emotion, memang tidak mudah menjaga emosi atau menajdi seorang yang mendominasi pada posisi "zero emotion" Seorang yang memiliki kemampuan 'zero emotion' adalah seorang yang memiliki kecerdasan emosional atau 'emotional quotient' yang sangat baik dan dalam buku Zero Emotion Learning, orang yang berada pada posisi emotional yang baik atau high personality yaitu seseorang yang bisa menghadapi segala sesuatu dengan ketenangan dan merespon segala sesuatu dengan tetap bijaksana serta melibatkan Tuhan atau meletakkan ESQ dengan baik dan paham serta bisa menerapkan dalam segala lini kehidupan terutama dalam organisasi sebagai pemimpin. Karena seseorang yang bisa menguasai kecerdasan logika/IQ belum tentu bisa mengendalikan emosionalnya, karena antara IQ dan EQ tidak berbanding lurus, orang yang menguasai IQ belum tentu menguasai EQ nya, dan orang yang menguasai IQ itu lebih baik karena bisa menguasai keadaan dan lebih baik lagi jika bisa menguasai kecerdasan Spiritual/SQ akan lebih baik lagi sehingga mampu melaksanakan ESQ dalam segala lini kehidupan.

Karena ada orang yang kecerdasan emosionalnya dibawah rata rata meskipun memiliki pendidikan yang baik, EQ yang rendah cenderung membuat sulit mengendalikan emosinya, tidak mampu menjalin pertemanan, serta tidak memiliki rasa simpati dan empati kepada orang lain,sehingga orang EQ yang baik, akan lebih mudah bersosialisasi, menyelesaikan masalah, dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Mempimpin dengan cara yang bijak jauh dari egoisme dan mau menangnya sendiri.

Jika seorang pemimpin memiliki kemampuan zero emotion maka dalam menghadapi situasi yang tidak kurang baik, tetap tenang dengan berpikir jernih, emosional yang stabil dan tetap menyeimbangkan suasana organisasi tetap baik, ini merupakan sikap positif atau positif mental attitute sehingga kharisma sebagai pemimpin terlihat elegan, tidak meledak ledak karena kalau emosional tidak stabil maka itu merupakan menguras energi dalam diri dan pengaruhnya juga kelingkungan organisasi, karena kalau seorang pemimpin yang tidak mampu mengendalikan emosinya atau seorang yang emosinya cepat meledak, energinya cepat terkuras, dan banyak kehilangan kebijakan dalam dirinya, termasuk wibawanya, menjadikan dalam mengambil keputusan menjadi buruk, sehingga mudah terserang penyakit yang sumbernya dari kelabilan psikis seperti gangguan saraf, sistem sirkulasi darah dan sistem pernapasan seperti tekanan darah tinggi, jantung, asma, tukak lambung, vertigo, migrain, dan lain-lain."

Seseorang yang tidak mampu mengelola emosinya dengan baik memiliki dampak pada karakter yang mudah terseret emosi, merasa gengsi dan harga diri yang terlalu tinggi, takut dinilai pemimpin yang sangat tidak baik , tidak bijaksana , lemah karena tidak mampu menguasai keadaan dengan ketenangan, dan secara moralitas maupun agama orang yang mampu menguasai keadaan dengan ketenangan dan bijaksana itulah orang yang paham tentang karakter dirinya dan mampu menempatkan diri pada kecerdasan ESQ yang baik.

Dengan menjadi pemimpin yang "zero emotion" maka tingkat kepribadian diri itu sangat baik atau high personality (dalam buku Zero Emotion Learning) yaitu seseorang yang pada posisi mampu mengelola kecerdasan emosionalnya dengan baik sehingga ada di zona wiseman atau orang yang bijaksana dalam merespon apapun dengan ketenangan, moral dan keyakinan yang baik. Bagaimana bisa menjadi seorang yang 'zero emotion' jika hidup kita selalu diliputi keegoisan, merasa selalu benar, jauh dari sikap jujur, tidak tenang dalam menghadapi sesuatu, membiasakan kebohongan dan menutupi kebohongan dengan kebohongan lainnya? Kebohongan, ketidakjujuran dan ketidak tenangan itu jalan yang paling buruk untuk masuk dan menggelincirkan seseorang untuk semakin jauh dari 'zero emotion', jauh dari moralitas dan spiritual serta emosional yang kamuflase bukan dari dirinya sendiri hanya sebagai cover dan akan memjadi bumerang kedepannya untuk diri sendiri dan juga orang lain.

Sebagai pemimpin sikap yang negatif atau negatif mental attitute berkaitan dengan intgritas yaitu sikap diri berkaitan dengan mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran. Saat integritas ada dalam diri maka pemimpin "zero emotion" sangat bisa diterapkan dalam mempimpin suatu organisa ataupun ke dalam diri sendiri, dan ini akan terbentuk karakter menjadi pemimpin yang tenang secara lahir dan batin meskipun sedang menghadapi berbagai hambatan ataupun tantangan, pemimpin "zero emotion" akan memandang semua masalah dengan bijak dan berorientasi pada solusi bukan untuk menang sendiri/selfish hanya mementingkan dirinya tanpa mau tau keadaan yang lainnya, bahkan menghalalkan segala cara walaupun merendahkan orang lain, merasa paling benar dan pintar, bagai pemimpin "zero emotion" yang wajib dilakukan yaitu cerdas diri, cerdas sikap, cerdas tindakan dan cerdas sosial, jika ini mampu dilakukan maka menjadi kebahagian bagi dirinya karena selain mampu mengelola dirinya secara moral juga mampu mempengaruhi tindakan positif pada organisasinya. Ini seorang pemimpin yang berguna dan memiliki aturan baik, moralitas dan spiritual yang baik..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun