Mohon tunggu...
Anastasia Mellania
Anastasia Mellania Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Selamat datang di tulisan Anastasia, si mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sedang belajar membuat karya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

A Man Called Ahok (2018): Memanggil Jiwa Nasionalisme dari Tanah Belitung

11 November 2020   13:53 Diperbarui: 11 November 2020   14:02 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasionalisme kian terlihat kala film ini diputar semakin lama, dimana adanya perwujudan nilai dasar yang berorientasi pada kepentingan bersama ditunjukan tokoh Ahok yang berupaya menghindarkan segala legalisasi kepentingan pribadi yang merusak tatanan kehidupan masyarakat Gantong.

"Orang miskin kalah dengan orang kaya. Orang kaya kalah dengan penguasa. Kalau kau jadi penguasa, kau beri pelajaran orang-orang seperti di kantor tadi itu. Punya kuasa ngurus rakyat, tapi malah sibuk bikin kaya diri sendiri"

Kembali Pada Tanah Belitung

Kisah Ahok berlanjut dengan kepergian sang ayah dan rangkaian tekad yang semakin kuat untuk melakukan apa yang belum sempat sang ayah lakukan semasa hidupnya.

Setelah sukses dengan gelar dan karirnya di Jakarta, Ahok kembali ke Belitung dan berencana untuk mendedikasikan hidupnya menjadi DPRD Kabupaten Belitung Timur. 

Dalam dinamika kerjanya, lagi-lagi Ahok menemukan praktik kecurangan dimana biaya perjalanan dinas pejabat dinilai terlalu besar, tidak setimpal dengan kenyataannya bahwa mereka jarang bepergian untuk urusan pekerjaan. 

Hal tersebut dijadikan celah oleh Ahok untuk mengajukan agenda  memangkas anggaran perjalanan dinas guna dialihkan pada anggaran pendidikan supaya anak-anak yang putus sekolah dapat melanjutkan studinya. Namun Ahok pada akhirnya tidak mendapat dukungan.

Ahok kemudian mengajukan diri untuk menjadi Bupati Belitung Timur dalam PILKADA masa itu. Namun tetap, ada saja oknum yang ingin menghempaskan niat tersebut. Kali ini mereka memakai cara kotor dengan mengangkat ras bahwa "Belitung tidak pernah dipimpin oleh orang Tionghoa" dan memakai orang dalam sehingga Ahok sempat kalah suara pada suatu desa.

sumber gambar
sumber gambar

Hal ini dirasa berkaitan dengan pernyataan Sindhunata (dalam  Kusumawardani &Faturochman, 2004) bahwa nasionalisme Indonesia telah mati dengan bukti adanya keresahan dan kegelisahan masyarakat yang ingin membuat adanya homogenitas, padahal di tingkat lokal suatu kebangsaan Indonesia sangatlah heterogen sehingga lewat adanya kekuasaan mereka dapat melanggenggkan segalanya.

Meski begitu, desa-desa lain lebih melihat tentang bagaimana sosok Kim Nam yang ada dalam diri Ahok. Mereka banyak bersaksi akan kebaikan Kim Nam semasa hidupnya yang sering menolong masyarakat yang susah dan miskin. 

Kebaikannya tersebut akhirnya berbalas lewat banyak suara yang didapat Ahok sehingga pada akhirnya jabatan Bupati Belitung Timur berhasil disandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun