Mohon tunggu...
Anastasia Bernardina
Anastasia Bernardina Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Aksara

Berbagi energi positif dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Awal Terungkapnya Sebuah Rahasia (Petualangan Rahasia Part 5)

7 Februari 2023   19:00 Diperbarui: 7 Februari 2023   18:58 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Almeida from Pixabay

Mbah Broto menanggapi pertanyaan Rio dengan cara menyudahi makan siang mereka dan berkata, "Ayo, sekarang kalian rapikan dan bersihkan dahulu peralatan makan yang kotor ini. Setelah itu Mbah akan bercerita pada kalian siapa Mbah sebenarnya."

Sekar dan Wira dengan cekatan membereskan peralatan makan yang kotor kemudian membawanya ke belakang. Mbah Broto pun meminta mereka untuk sekalian mencucinya di tempat pencucian piring yang terletak di belakang rumah.

Hal itu dilakukan Mbah Broto agar Sekar dan Wira belajar mandiri, sedangkan Adit dan Rio diminta Mbah Broto untuk membereskan bakul nasi dan beberapa lauk pauk yang masih tersisa agar dibawa ke dapur.

Mbah Broto menampung air untuk mencuci piring di dalam gentong besar yang terbuat dari tanah liat kemudian bagian agak bawah dibuat lubang kecil. Bambu yang sesuai ukuran dimasukkan ke dalam lubang gentong itu sehingga menjadi alat untuk mengalirkan air dari dalam gentong. Lubang bambu kemudian ditutup menggunakan daun yang digulung dan dilipat. Ketika daun tersebut ditarik maka air akan mengalir seperti melalui keran. Gentong besar itu diletakkan di atas tumpukan bebatuan agar memudahkan air memancar ke tempat yang rendah seperti pancuran.

Saat sedang mencuci piring, Sekar dan Wira sekaligus memerhatikan bagian belakang rumah Mbah Broto. Ada beberapa jenis tanaman yang sepertinya sengaja ditanam Mbah Broto untuk mengisi lahan kosong yang ada di belakang rumah, namun Sekar dan Wira tidak tahu jenis tanaman apa saja yang ada di situ. Dari kejauhan terdengar suara gemericik air, mungkin itu adalah mata air yang digunakan Mbah Broto menyambung hidup di balik bukit ini.

Setelah tugas yang diberikan Mbah Broto selesai dikerjakan, mereka pun segera berkumpul lagi di ruang tamu dan duduk mengelilingi Mbah Broto.

"Sekarang kita akan melakukan petualangan rahasia yang berikutnya. Apakah kalian sudah siap?" Mbah Broto bertanya kepada keempat sahabat dengan tidak pernah melepaskan senyum hangatnya.

"Siap". Semua menjawab dengan serempak dan penuh semangat.

"Dulu Mbah seorang petani sukses. Mbah tinggal di salah satu desa yang tanahnya sangat subur bernama Desa Kabut. Desa itu terletak di bawah kaki Gunung Duwur. Sebagian besar penduduk desa itu bermata pencaharian sebagai petani. Sayur-sayuran, buah-buahan, tembakau, kopi, umbi-umbian, dan masih banyak lagi mampu menopang kebutuhan hidup sehari-hari.

Mbah juga belajar meracik obat-obatan herbal atau alami. Mbah menanam berbagai jenis tanaman obat seperti brotowali, mahkota dewa, ginseng, jahe, temulawak, dan lainnya.

Banyak sekali penduduk kampung yang merasa cocok dengan obat-obatan herbal yang Mbah racik, sehingga mereka menganggap Mbah sebagai seorang dukun atau orang pintar, padahal Mbah bukanlah seorang dukun. Mbah hanya membantu para penduduk yang ingin sembuh dari penyakit namun tidak mampu mengeluarkan biaya yang besar seperti membayar rumah sakit.

Keahlian Mbah meracik obat-obatan herbal ini Mbah dapatkan dari leluhur keluarga Mbah. Mbah keturunan orang Jawa Tengah yang sangat menjunjung tinggi budaya dan tradisi. Mbah sering melakukan puasa, meditasi, dan Mbah sangat menjaga benda-benda pusaka seperti keris yang ada di rumah Mbah ini.

Rio memotong penjelasan Mbah Broto dengan bertanya, "Meditasi itu apa, Mbah?"

Mbah mengangguk-angguk dengan selalu tersenyum lalu melanjutkan berbicara, "Meditasi merupakan cara Mbah berbicara dan mendengarkan pesan alam. Mbah bisa melakukannya dengan cara duduk tegak bersila dan memejamkan mata, lalu Mbah mengatur pernapasan. Mbah bisa merasa tenang mendengarkan suara-suara dari alam, seperti suara burung, angin, atau gemericik air. Saat meditasi, Mbah juga bisa sekaligus mengucapkan doa syukur kepada Tuhan. Meditasi dapat melatih diri kita menjadi seorang yang sabar. Hati dan pikiran kita juga menjadi peka. Contohnya, waktu itu Mbah bisa mengetahui Adit dan Rio mengintip Mbah dari celah rumah gubuk ini. Tentu hal tersebut membutuhkan latihan yang terus-menerus."

"Mbah lanjutkan lagi ya ceritanya."

Semua menjawab dengan semakin bersemangat. "Siap, Mbah!"

"Hari berganti hari, kemampuan Mbah dalam meracik obat herbal sampai ke beberapa desa tetangga bahkan luar kota. Hal tersebut menimbulkan rasa iri bagi beberapa pihak sehingga membuat hati Mbah merasa tidak nyaman tinggal di sana. Berbagai fitnah mereka lakukan terhadap Mbah supaya tidak ada lagi yang percaya terhadap kemampuan Mbah.

Akhirnya, Mbah menemukan tempat ini untuk mengasingkan diri. Mbah mengetahui tempat ini dari salah satu saudara Mbah yang tinggal di desa seberang, tepatnya di balik Bukit Hijau itu."

Saat akan melanjutkan ceritanya lagi, Mbah Broto berhenti sejenak lalu berkata, "Sepertinya Mbah mendengar suara langkah kaki di luar sana."

"Tok..tok..tok...", terdengar suara pintu rumah Mbah Broto diketuk oleh seseorang.

Mbah Broto meminta Adit untuk membukakan pintu. Adit pun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu ruang tamu. Tangannya menarik pegangan pintu dan akhirnya pintu pun terbuka lebar.

Tamu tersebut terkejut saat mengetahui yang membuka pintu bukan Mbah Broto melainkan Adit. 

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun