Mohon tunggu...
Anastasia Bernardina
Anastasia Bernardina Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Aksara

Berbagi energi positif dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sedekah Menuai Berkah

26 Juni 2022   13:35 Diperbarui: 26 Juni 2022   22:18 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Vu Pham Minh dari Pixabay 

Aku Rena. Aku ibu rumah tangga berusia 33 tahun. Menjadi ibu rumah tangga bukanlah perkara yang mudah. Apalagi di situasi pandemi covid-19 yang masih belum 100% berlalu ini. Aku harus mengurus kedua anakku yang sampai beberapa bulan lalu masih bersekolah dengan cara online. Aku harus mendampingi mereka secara total karena mereka masih duduk di kelas 1 dan 2 SD.

Selain turut andil mengajarkan materi dan mengarahkan dalam pembuatan tugas, aku juga harus menyiapkan keperluan mereka yang lainnya, seperti sarapan, makan siang, dan makan malam. Belum lagi jika mereka meminta makanan yang diinginkan sesuai dengan yang mereka lihat di youtube, otomatis aku harus explore bahan-bahannya dan cara membuatnya supaya sama persis dengan video yang mereka lihat.

Lalu, bagaimana dengan Firman, suamiku? Suamiku dirumahkan sementara karena perusahan tempatnya bekerja tidak mampu untuk membayar karyawan lagi. Jadi, lengkap sudah! Efek pandemi betul-betul membuatku tidak bahagia. Roda perekonomian otomatis menjadi terkendala. Aku harus super irit karena tabungan yang kami miliki juga tidaklah banyak.

Akhirnya suamiku mencoba untuk membuka usaha kecil-kecilan di bidang kuliner dengan modal usaha yang pas-pasan. Kebetulan sumiku pernah belajar cara membuat mie ayam dengan toping ayam kampung yang direbus hanya menggunakan garam, namun rasanya sangat gurih.

Suamiku mencoba membuatnya beberapa mangkuk lalu dibagikan ke tetangga terdekat untuk tes rasa. Ternyata, mereka suka. Hal itu membuat suamiku menjadi semakin percaya diri.

Tak lama berselang suamiku membuka warung mie ayam di depan rumah kami dengan peralatan seadanya yang kami miliki. Tidak semua peralatan kami beli supaya lebih menghemat pengeluaran. Awalnya hanya tetangga dekat dan kenalan kami yang membeli, namun lama-kelamaan tersiar kabar dari mulut ke mulut bahwa mie ayam buatan suamiku memang enak. Mungkin, karena mie ayam toping ayam kampung rebus masih jarang ditemui.

Kami juga mengunggah usaha kuliner kami di media sosial. Tak lupa kami juga mendaftar melalui ojek online supaya lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas.

Hari demi hari, usaha kami semakin mengalami kemajuan. Sungguh di luar dugaan, apa yang kami hasilkan sangat berkelimpahan, melebihi apa yang kami bayangkan. Semesta merestui niat baik kami.

Kami sangat beruntung masih diberi pintu rejeki yang lain oleh Tuhan, padahal awalnya kami sudah mulai putus asa. Peristiwa ini betul-betul ajaib dalam hidup kami karena tidak semua orang merasakan keberuntungan seperti kami. Banyak sekali orang-orang di luar sana yang membuka usaha kuliner dan gagal hanya dalam hitungan bulan.

Selain berani mencoba sesuatu yang baru, kami juga tak pernah lepas dari ibadah. Dulu, saat keadaan kami belum seperti sekarang, kami selalu berusaha sedekah sesuai dengan kemampuan kami. Akhirnya sekarang kami menuai berkah melimpah. Mungkin dari seribu orang, hanya satu orang yang mengalami kelimpahan dan kemudahan rejeki seperti kami di dunia ini, oleh karena itu kami tetap menyisihkan rejeki yang kami dapat untuk terus bersedekah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun