Mohon tunggu...
ANASTASIA IDA RISTIANI
ANASTASIA IDA RISTIANI Mohon Tunggu... Guru - GURU

Saya seorang guru di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Saat ini saya ingin mengembangkan diri dengan cara menulis di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

30 Maret 2023   10:38 Diperbarui: 30 Maret 2023   10:42 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

  • Sebagai sorang CGP, kompetensi yang berkembang setelah mempelajari modul ini adalah bisa menjadi coach bagi guru yang lain, mendorong proses kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan bisa menjadi penggerak komunitas praktisi. Dengan melaksanakan coaching menggunakan alur TIRTA, membantu kematangan diri sebagai guru. Guru menjadi lebih sabar, meluangkan waktu secara penuh dengan adanya kehadiran penuh/presence, bisa mendengarkan secara aktif/menyimak informasi dari orang lain tanpa melabel, memberi asumsi, asosiasi, maupun menjudment, serta bisa belajar untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbobot.

B. Analisis untuk Implementasi dalam Konteks CGP  

1. Memunculkan Pertanyaan Kritis yang Berhubungan dengan Konsep Materi dan Menggalinya

Pertanyaan yang muncul setelah mempelajari modul ini: Bagaimana konsep coaching ini diterapkan dalam supervisi akademik di sekolah?

Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau teman sejawat terkadang belum seutuhnya menggunakan pendekatan coaching. Hal ini bisa saja terjadi karena supervisor belum menguasai teknik coaching dalam melakukan supervisi akademik. Salah satu bagian dalam tahapan pelaksanaan supervisi akademik adalah observasi pembelajaran di kelas atau supervisi klinis. Siklus dalam supervisi klinis: 1) pra observasi, 2) observasi, dan 3) pasca observasi. Saat pasca observasi menjadi tahapan penting untuk menggali potensi yang disupervisi. Tindakan ini dapat dilakukan dengan percakapan coaching. Jika supervisor tidak menggunakan percakapan coaching, bisa jadi tujuan supervisi untuk pengembangan potensi pendidik tidak terwujud. Hal yang sederhana, untuk menghadirkan kehadiran penuh, mendengarkan secara aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot belum sepenuhnya terpenuhi. Oleh karena itu ada baiknya kepala sekolah maupun teman sejawat yang melakukan supervise bisa menambah wawasannya dengan memahami konsep coaching untuk supervisi akademik.

2. Mengolah Materi yang Dipelajari dengan Pemikiran Pribadi Sehingga Tergali Wawasan (Insight) Baru


Pengertian coaching menurut International Coach Federation adalah bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Berdasarkan pengertian ini elemen utama dari definisi tersebut adalah mitra, potensi, dan proses kreatif. Jika coaching benar-benar bisa dilaksanakan di sekolah, maka pembelajaran untuk pemenuhuan kebutuhan peserta didik dapat terpenuhi. Proses coaching dapat dilaksanakan oleh KS dengan guru, guru dengan guru, maupun guru dengan peserta didik. Jika proses coaching benar-benar dilaksanakan dengan benar, maka potensi-potensi guru dan murid serta kebutuhan belajar murid akan tergali.

3. Menganalisis Tantangan yang Sesuai dengan Konteks Asal CGP

Selama proses menjalani sebagai CGP, banyak hal yang saya dapatkan dan diterapkan di sekolah. Namun tantangan pasti ada. Tantangan dalam diri maupun dari luar. Tantangan dari dalam diri lebih pada manajemen waktu (rutinitas sebagai guru maupun kegiatan di luar sekolah). Sehingga sebagai CGP belum bisa optimal dalam menerapkan hasil proses belajar CGP. Tantangan dari luar adalah terkadang kurang komunikasi dan kepercayaan pada tim kerja. Sehingga kolaborasi belum terwujud dengan baik. Sebagai contoh saat coaching, seorang coach harus mendudukkan dirinya sebagai mitra bagi coachee, namun bisa saja terjadi coach sebagai sumber belajar yang dominan. Sehingga coachee malah tidak berkembang/tidak muncul potensinya.

4. Memunculkan Alternatif Solusi terhadap Tantangan yang Diidentifikasi
Solusi-solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi: a) Kepala sekolah mendukung terhadap kegiatan CGP (sudah terjadi); b) Pengimbasan materi CGP (dalam modul ini coaching untuk supervise akademik) bisa dalam bentuk diskusi di unit kerja atau KKG; dan c) Mencoba praktik baik tentang coaching dengan rekan sejawat.

C. Membuat Keterhubungan
1. Pengalaman Masa Lalu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun