Mohon tunggu...
Anang Syaifulloh
Anang Syaifulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Pribadi

Pengagum Bapak Soekarno, namun untuk masalah wanita belum seahli beliau

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Tsundoku Online, Menyimpan E-book tapi Tidak Membacanya

11 Maret 2019   12:30 Diperbarui: 11 Maret 2019   16:10 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ebook | Scatter.co.in

Ketika membaca judul ini coba buka browser anda dan lihat ada berapa tab yang telah terbuka. Adakah artikel di sana yang belum terbaca? Atau berapa banyak e-book yang belum terbaca?

Tsundoku seperti yang dilansir oleh Tirto adalah orang-orang yang senang membeli buku tetapi tidak membacanya. Istilahnya mereka menumpuk buku untuk tujuan membacanya di lain waktu. Nyatanya banyak yang lupa hingga akhirnya menumpuk dan bingung mau membaca yang mana dulu.

Kasus Tsundoku yang terkenal adalah ketika Frank Rose asal Sacramento, Amerika memiliki sekitar 13.000 buku. Ia terbiasa membeli buku sewaktu masih menjadi pegawai negeri dan berniat membacanya di waktu pensiun nanti. Ketika waktunya telah tiba ia kebingungan jumlah bukunya yang telah mencapai ribuan. Akhirnya ia menyumbangkan bukunya ke perpustakaan.

Zaman yang serba digital ini membuat bukan hanya buku fisik saja yang bisa ditumpuk. Saya belum menemukan istilah yang tepat bagi orang yang senang menumpuk artikel online atau e-book. Jadinya saya menamainya tsundoku online. 

Saya menyadarinya ketika kaget melihat tab browser penuh dengan artikel online. Ada sekitar 15 artikel yang belum saya baca. Biasanya link artikel dan pdf saya dapat dari twitter, dan karena masih sibuk gulir timeline, akhirnya link tersebut saya niati baca ketika waktu senggang.

Nyatanya, saya sering lupa dan akhirnya tidak membuka artikel tersebut. Hanya setengah yang akhirnya dibaca kembali, sisanya saya tutup karena tidak tertarik membacanya lagi.

Selain artikel online, e-book saya juga menumpuk banyak. Ada sekitar 50-an judul yang belum terbaca sampai habis, bahkan setengahnya lagi baru terbaca judulnya saja. Kebanyakan tentang e-book arsitektur berbahasa inggris yang dulu memang saya butuhkan untuk bahan tugas akhir. Tetapi tidak semua selesai saya kaji.

Tsundoku vs Tsundoku Online

Dibanding dengan Tsundoku yang menumpuk buku fisik, Tsundoku Online tidak terlalu memiliki dampak yang banyak selain menghabiskan banyak memori. Buku fisik tentunya memakan ruang yang banyak, apalagi kalau sampai ratusan bahkan ribuan.

Tetapi ada kelebihan dari menumpuk buku fisik, yaitu ruang tempat penyimpanan buku dapat dijadikan kantor atau perpustakaan kecil untuk pribadi, keluarga atau bahkan untuk umum. Istilah sekarang adalah lebih instagramable.

Ebook tentunya punya kelebihan karena dapat dibawa ke mana-mana tanpa memakan ruang pada tas. Cukup satu gadget untuk menampung ribuan buku. Satu yang tak bisa dikalahkan oleh e-book adalah rasa memegang buku fisik, harum buku, dan kelelahan mata akibat menatap layar gadget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun