Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan seringkali individualistik, kisah Superkue di Pondok Petir, Depok, menjelma menjadi sebuah kebahagiaan yang tiada tara. Jauh dari gemerlap pusat perbelanjaan besar, sebuah toko kue telah berhasil menciptakan gelombang kebaikan dan interaksi sosial yang signifikan. Kisah ini tidak hanya tentang keberhasilan bisnis semata, tetapi juga tentang bagaimana sebuah usaha kecil mampu merefleksikan nilai-nilai luhur yang telah diajarkan dalam Islam berabad-abad silam, khususnya tentang keutamaan berbagi dan mempererat tali persaudaraan. Superkue, dengan caranya yang sederhana namun berdampak, membuktikan bahwa amal kebaikan dapat tumbuh subur bahkan dari hal sesederhana sepotong kue.
Pagi itu, udara di Pondok Petir terasa berbeda. Pandangan banyak warga, baik yang melintas dengan kendaraan maupun berjalan kaki, langsung tertuju pada sebuah baliho besar yang baru terpasang di dekat toko Superkue. Di sana, tulisan "Beli 1 Gratis 1, Semua produk SuperKue, Hanya Satu Hari!" terpampang mencolok dengan desain yang menarik perhatian. Sontak, informasi menggiurkan itu menyebar dari mulut ke mulut, memicu rasa penasaran dan antusiasme warga. Tak perlu menunggu lama, satu per satu, mereka mulai melangkah mendekat.
 Begitu pintu kaca toko Superkue dibuka, aroma wangi kue manis yang kuat langsung menyergap indra penciuman, seolah menyambut dan memikat setiap pelanggan yang masuk lebih dalam. Di balik etalase transparan, berbagai jenis kue tersusun rapi dan menggoda selera: mulai dari brownies kukus yang lembut, bolu keju yang gurih, lapis talas bogor yang manis, hingga lapis legit berlapis yang kaya aroma butter dan rempah. Di sinilah cerita Superkue dimulai, sebuah ruko kecil di tengah kawasan padat penduduk Pondok Petir.Â
Antrean mulai terbentuk sejak pagi, bahkan tak jarang para pembeli datang berombongan, membawa tas belanja besar, siap untuk pulang dengan dua kali lipat jumlah kue yang dibeli. Aisyah (21), salah satu karyawan yang bekerja di Superkue, dengan cekatan melayani setiap pesanan sambil tersenyum ramah. "Awalnya promo ini cuma ide kecil buat merayakan ulang tahun toko," ujarnya menjelaskan awal mula konsep yang kini fenomenal itu. "Tapi ternyata peminatnya luar biasa. Sekarang jadi rutin tiap bulan karena banyak yang nanya terus." Ujar Aisyah saat ditemui di toko SuperKue cabang Pondok Petir pada Jum'at (18/07/2025).
Superkue tidak pernah menyangka bahwa strategi sederhana itu justru akan membuat nama mereka semakin dikenal luas. Bahkan, menurut catatan internal, lebih dari lima ribu pelanggan kini sudah terdaftar sebagai member tetap. Sebagai jaringan toko kue yang telah memiliki beberapa cabang, pencapaian ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan. "Setiap kali ada promo, penjualan bisa naik dua sampai tiga kali lipat," tutur Aisyah sambil menunjukkan daftar pemesanan yang mengular panjang. "Tapi yang lebih bikin senang, pelanggan lama makin loyal dan pelanggan baru terus berdatangan."
Namun, bukan semata angka penjualan yang menjadi sorotan utama dari fenomena Superkue ini. Promo "Beli 1 Gratis 1" rupanya membawa dampak sosial dan psikologis yang mendalam bagi warga sekitar. Banyak pelanggan memanfaatkan promo ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk tujuan berbagi.Â
Salah satunya adalah Sutimah (52), seorang ibu rumah tangga yang tinggal tak jauh dari toko. Ia rutin datang setiap promo berlangsung, dan hampir selalu membeli dua kotak, satu untuk dikonsumsi bersama keluarga, dan satu lagi untuk dibagikan kepada tetangga yang sedang mengadakan hajatan atau kegiatan pengajian rutin. "Lumayan banget, bisa berbagi tanpa harus keluar uang dobel," kata Sutimah sembari tertawa kecil, memancarkan kebahagiaan yang tulus. "Kadang saya bawa ke pengajian, kadang buat hajatan tetangga. Orang jadi senang, saya juga ikut senang."ujarnya, Â Ia juga berharap promo seperti ini bisa berlangsung lebih sering, bukan hanya sebulan sekali.
Suasana ramai tapi hangat semacam ini hampir selalu hadir saat hari promo tiba. Pelanggan datang dengan beragam latar belakang, namun membawa tujuan serupa, yaitu pulang dengan hati riang dan tangan penuh kotak kue. Fenomena ini, menurut Aisyah, menjadi hal yang paling menyentuh dari pekerjaannya. "Kadang saya lihat orang antre sambil ngobrol, tukar kabar, ketawa-ketawa. Jadi bukan cuma jualan kue, tapi seperti bangun silaturahmi juga," tuturnya, menggambarkan betapa interaksi sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman berbelanja di Superkue.
Momen kebersamaan dan praktik berbagi itu ternyata juga erat kaitannya dengan nilai-nilai religius yang tak secara langsung dideklarasikan oleh toko, namun terasa hadir di setiap interaksi. Dalam Islam, berbagi makanan termasuk salah satu amalan yang sangat dianjurkan, terlebih bila dilakukan pada momen-momen sosial seperti pengajian, menyambut tamu, atau membantu sesama. Promo Superkue, meskipun berbentuk strategi pemasaran, tak jarang menjadi jalan bagi masyarakat untuk menjalankan amalan kecil yang membawa berkah berlimpah.