Mohon tunggu...
Anan Alwan
Anan Alwan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Makasih Udah Membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menunda Pendidikan Karena Menjadi Tulang Punggung Keluarga

10 Januari 2023   08:19 Diperbarui: 11 Januari 2023   16:40 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi tulang punggung keluarga memang sebuah hal yang mulia, tetapi ketika menjadi tulang punggung keluarga di usia yang masih muda bukan suatu keinginan. Sama halnya dengan apa yang dialami oleh teman saya yang akrab di panggil Dani.

Anak pertama dari 3 bersaudara, seorang laki-laki kuat yang memiliki tanggung jawab yang besar untuk keluarganya. Di saat teman sebayanya melanjutkan kuliah tanpa memikirkan keadaan ekonomi. Dia harus berjuang untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.

Pada awal lulus sekolah dia sangat berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah. Namun karena dia tidak ingin terlalu merepotkan orang tua nya dia pun memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu untuk menabung uang masuk kuliah nanti. Akhirnya dia mendapatkan pekerjaan di salah satu pabrik dengan kontrak satu tahun, namun saat delapan bulan dia bekerja hal yang tak di inginkan terjadi, Ayah yang sangat dicintainya meninggalkan dia dan kuluarganya untuk selama-lamanya. Setelah kejadian itu keadaan mulai goyah, semua tak lagi sama dengan sebelumnya. Cita-cita dia untuk melanjutkan kuliah pun harus di tunda, karena dia harus mebiayayai kedua adik nya bersekolah menggantikan peran ayah nya.

"Ya mau gimana lagi siap ngga siap gua harus bertanggung jawab gantiin peran ayah gua untuk menyekolahkan adik-adik gua dan ngasih yang terbaik buat keluarga gua, Walaupun nanti nya bakal berat gua harus yakin kalo gua bisa ngejalanin itu semua". Ujar dani

Namun menjadi tulang punggung keluarga tidak lah mudah cobaan pun terjadi ketika kontrak kerja dia sebagai salah satu karyawan di pabrik tempat dia bekerja tidak di perpanjang, diapun mulai bingung dengan keadaan nya saat itu. Melamar di banyak perusahaan dan pabrik telah dia coba namun panggilan yang dia harapkan tak kunjung datang, akhirnya diapun menganggur beberapa bulan. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai ojek online karena mau bagaimanapun dia harus bisa menjadi anak laki-laki yang di harapkan. Resiko menjadi tulang punggung keluarga memanglah berat. dia mengorbankan cita-citanya untuk kehidupan.

"Cita-cita gua buat kuliah masih ada sampe sekarang tapi itu bukan jadi prioritas gua untuk saat ini, sekarang prioritas gua adalah gimana caranya ngasih yang terbaik buat keluarga gua, dan mungkin nanti kalo gua ngerasa sanggup buat kuliah gua pasti bakal kuliah". Ujar dani

Saya sebagai teman hanya bisa menyemangati, bahwasanya semua akan baik pada waktunya. Kita tidak boleh menyerah pada keadaan. Sebagai anak pertama yang diharapkan membawa keluarga di tingkat yang lebih baik lagi. Hingga sekarang dia terus berjuang untuk kehidupan yang lebih baik lagi.

Penulis: Muhammad Anan Alwan, Mahasiswa semester III, Fikom Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun