Mohon tunggu...
A.A Ketut Jelantik
A.A Ketut Jelantik Mohon Tunggu... Penulis - Pengawas Sekolah

Pernah bekerja sebagai wartawan di Kelompok Media Bali Post, menulis artikel di sejumlah media cetak baik lokal maupun Nasional, Redaktur Buletin Gita Mandala Karya Utama yang diterbitkan APSI Bali, Menulis Buku-buku Manajamen Pendidikan, Editor Jurnal APSI Bali, dan hingga saat ini masih ditugaskan sebagai Pengawas Sekolah Jenjang SMP di Kabupaten Bangli-Bali serta Fasilitator Sekolah Penggerak angkatan 3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Riang, Murid Senang, Pembelajaran Menyenangkan

10 April 2024   15:29 Diperbarui: 11 April 2024   17:10 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru sebagai Fasilitator Menciptakan Hubungan yang lebih egaliter dalam Pembelajaran di kelas (ket. Photo. Koleksi Pribadi)

Kurikulum Merdeka disusun sebagai bentuk upaya menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa, ahlak mulia serta dalam upaya menumbuhkembangkan cipta, rasa dan karsa peserta didik untuk mewujudkan pembelajar sepanjang hayat.

Pembelajaran efektif dan bermakna ditandai dengan kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang memotivasi siswa untuk memahami materi secara utuh. 

Dengan demikian materi tersebut akan memberikan manfaat dalam upaya memecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran efektif dan bermakna juga memberikan ruang yang luas bagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kodratnya. Memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kodratinya mengandung makan memupuk mereka untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. 

Belajar bukan ansih dalam kegiatan formal di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, namun lingkungan sosial juga menjadi tempat untuk belajar. Inilah esensi dari pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.

Sesungguhnya menciptakan pembelajaran yang efektif  dan bermakna gampang-gampang susah. Gampang karena semua guru bisa melaksakannya. Susah, jika guru masih merasa berat untuk melepaskan diri dari zona nyaman. 

Dengan kata lain, guru tidak memiliki kemauan untuk melakukan perubahan paradigma mengajarnya. Meski demikian, menurut hemat penulis, paling tidak ada tiga ( 3 ) faktor yang mempengaruhi terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan bermakna tersebut. 


Tiga faktor tersebut yakni Kualitas pembelajaran, Iklim belajar, serta pemanfaat media dan sumber belajar. Dan adalah tugas guru untuk mengelola faktor-faktor tersebut sehingga memberikan impak bagi dinamika proses pembelajaran di kelas. Tulisan ini mencoba untuk mengulas ketiga faktor tersebut dikaitkan dengan prinsip dan karakter pembelajaran pada Kurikulum Merdeka.

Sebelum membahas lebih dalam tentang pembelajaran efektif dan menyenangkan tersebut, kiranya teman-teman guru perlu diingatkan kembali apa kutipan pernyataan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarin pada peluncuran Permendikbukristek Nomor 12 tahun 2024 tentang Kurikulum Pada Pendidian Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah Bulan Maret lalu. " Kita tak perlu repot-repot ngomong terlalu philosofis atau akademis. Ujungnya simpel saja, kita ingin membuat kurikulum yang membuat guru dan murid senang belajar. Udah itu poinnya," itulah kutipan yang memiliki makna luas dan mendalam yang layak untuk dipedomani.

Evaluasi terhadap pelaksanaan Kurikulum tahun 2013 ( K13) menunjukan bahwa rendahnya kualitas proses pembelajaran disebabkan oleh perilaku guru yang fokus untuk menyelesaikan target pencapaian materi kurikulum. 

Padatnya materi kurikulum yang harus diselesaikan guru dalam kurun waktu tertentu menyebabkan proses pembelajaran tidak berpihak pada pemenuhan hak murid. Untuk itulah Kurikulum Merdeka lahir. 

Ada tiga prinsip pembelajaran pada Kurikulum Merdeka. Pengembangan karakter dan kompetensi, fleksibel serta fokus pada pengembangan materi esensial. Jika dikaitkan dengan tiga indikator pembelajaran efektif dan bermakna sebagaimana yang diuraikan sebelumnya maka hal yang bisa dilakukan guru adalah menciptakan kualitas pembelajaran yang baik.

Kualitas pembelajaran yang baik ditandai dengan pelibatan seluruh peserta didik dalam proses pembelajaran. Suasana kelas dinamis. Tidak ada siswa yang duduk, terdiam tanpa aktivitas. Kondisi ini terwujud karena guru memberikan siswa kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas di kelas. Membaca materi dari berbagai sumber. Melakukan praktik sederhana dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber dan media belajar. 

Sebagian siswa lainnya mungkin melakukan simulasi untuk memperkuat kostruk baru yang sedang dipelajari. Dan dalam ruang yang sama, siswa baik dalam kelompok kecil maupun besar terlibat diskusi hangat tentang projek yang ditugaskan, atau dalam menyusun materi presentasi. Kualitas pembelajaran yang baik juga ditandai dengan keikhlasan guru untuk mewakafkan dirinya sebagai fasilitator bagi seluruh siswa. 

Guru fokus dengan pertanyaan pemantik, dalam rangka menumbuhkan sikap kritis siswanya. Guru akan menghindarkan diri dari sikap hegemonik penguasa di kelas dengan memposisikan diri sebagai  satu-satunya sumber belajar di kelas. Suasana belajar di kelas benar-benar akan menjadi herbarium pengembangan budaya berpikir kritis dalam konsep high order thingking Skills ( HOTs)

Tentu bukan perkara gampang untuk mampu menciptakan kondisi seperti diuraikan tersebut. Heterogenitas siswa baik dari segi kemampuan, bakat minat maupun latar belakang tentunya menjadi permasalahan tersendiri. 

Oleh sebab itulah maka salah satu kiat atau strategi yang bisa dilakukan guru adalah melalui kemampuannya untuk mengembangkan dan memilih materi esensial. 

Materi yang bukan saja penting bagi upaya peningkatan kompetensi siswa, namun juga dalam rangka pengembangan konstruk baru yang memberikan manfaat bagi siswa baik dalam kerangka menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari maupun untuk menjawab masalah konterporer yang sedang terjadi.

Selanjutnya, untuk mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna maka seorang guru harus melakukan refleksi atas proses pembelajaran yang dilakukan. Refleksi dilakukan melalui asesmen atau penilaian formatif yang telah terencana dengan baik. 

Apapun bentuk dan jenis  penilaian formatif yang dilakukan guru sepenuhnya digunakan sebagai bahan untuk merefleksi apakah pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan sekaligus telah memenuhi hak siswa. 

Dalam kontek penilaian formatif yang ditujukan sebagai bahan refleksi, maka penilaian sumatif dalam pembelajaran efektif bukan hanya sekedar tumpukan portofolio siswa. Namun lebih dari itu, tumpukan portofolio tersebut menjadi rujukan atau referensi bagi guru untuk melaksanakan pengayaan dan remedial. 

Siswa yang dinilai belum mencapai target sesuai dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran diberikan remedial sesuai dengan situasi, kondisi serta ketersesuian sarana yang dimiliki. Sedangkan yang telah mencapai target diberikan pengayaan dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan siswa.

Penggunaan media ajar maupun sumber belajar yang beragam sangat penting bagi seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna. Media belajar bukan saja akan mampu mendekatkan siswa dengan konsep teoritik materi yang sedang dipelajari, namun juga akan menjadi daya tarik tersendiri. 

Sebab ada kecenderungan jika siswa lebih tertarik atau tertantang untuk belajar sesuatu jika secara visual mengetahui apa yang dipelajari. Digitalisasi tehnologi pembelajaran memudahkan guru untuk menemukan berbagai bentuk media pembelajaran secara digital. 

Namun hendaknya guru-guru jangan hanya fokus pada penggunaan media digital. Akan lebih bermakna jika guru baik secara individu maupun kelompok menciptakan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Dengan membuat secara mandiri, maka aspek inovasi guru bisa tergali dengan baik.

Kurikulum Merdeka lahir untuk menjawab berbagai tantangan yang sedang dan akan terjadi. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip yang terkandung dalam Kurikulum Merdeka hendaknya menjadi bagian penting dari pola kinerja guru di kelas. 

Memahami kebutuhan siswa melalui asesmen awal, proses dan akhir, fokus pada peningkatan kompetensi dan hasil belajar siswa, memahami kebutuhan siswa serta menjadikan refleksi sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran adalah koridor utama guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Selamat Berproses. Salam.

Buleleng (Asgob)  10 April 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun