Mohon tunggu...
Dewi Amsika IF
Dewi Amsika IF Mohon Tunggu... Mahasiswa - MHS Unikama_210402080001

Mahasiswa Unikama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pinang Tak Lagi Bergandengan

21 Mei 2023   17:44 Diperbarui: 21 Mei 2023   17:46 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu, adalah hari terakhir mereka berkunjung ke rumahnya. Seminggu setelahnya, Ia mengunjungi rumah Dia. Sepi seperti biasa, "Aku benar -- benar iri dengan kondisi rumahmu yang bersih ini. Kau ada dimana?"

"Tentu saja selalu bersih. Tidak ada yang berkunjung dan merusuh selain kau" Teriakannya yang menggema.

"Kau memujiku? Terimakasih ya!" Dengan perasaan santai, Ia memasuki kamar dengan nuansa biru. Bukan warna Dia sekali. Hingga satu benda dengan warna dia sekali, menarik perhatiannya. Ia kembali memastikan sekitarnya, didengarnya suara gemericik air. Tanpa memperdulikan yang lainnya, Ia membuka isi benda dengan warna dia sekali.

Dompet? Tumben sekali dia memiliki dompet dengan gaya feminim

Tapi isinya bukanlah kertas uang, melainkan kertas dengan coretan tangan yang sangat dikenalinya. Coretan yang bisa dibacanya, atas nama laki -- laki yang lama tidak berkunjung. "Apa maksud kalian?"

Angin malam menerpa permukaan kulitnya, mengusik tidur malamnya. Jangan salahkan angin karena yang sebenarnya adalah Ia lupa menutup jendela. Dari jendela, dua orang yang baru saja ia mimpikan kembali berdebat.

Meniup poninya, "Mereka pasti akan menjadi bahan perbicangan Ibu -- Ibu kembali. Syukurlah bukan hanya aku saja"

Beberapa hari ini, memang ada gosip tentang Dia. Keadaan rumah yang sejak ditinggali berdua nyaman -- nyaman saja, menjadi bahan gosip karena laki -- laki lai yang menuntut jawaban akan perasaannya. Bukannya senang karena tidak hanya Ia yang menjadi bahan perbincangan, sedikit senang memang, tapi bagaimanapun, Ia tidak suka dengan pembahasan tentang Dia.

Pagi hari, jam masih belum menunjukkan untuk Ia bangun. Tapi, suara bisik tetangga membangunkannya. Belum lagi, suara ketukan di pintu kamarnya sangat menganggu. Tak bisa ia marah disaat yang ada di balik pintu adalah Ibunya sendiri.

"Cepat temui dia, Ibu sudah tidak tahu harus bagaimana"

Mengerti siapa inti pembicaraannya, mengambil overcoatnya dan berlari menuju perempatan jalan. Kali ini tidak hanya ibu -- ibu yang berkumpul, bapak -- bapak bahkan anak -- anak ikut menikmati drama pagi. Sungguh mengganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun