Mohon tunggu...
Dewi Amsika IF
Dewi Amsika IF Mohon Tunggu... Mahasiswa - MHS Unikama_210402080001

Mahasiswa Unikama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pinang Tak Lagi Bergandengan

21 Mei 2023   17:44 Diperbarui: 21 Mei 2023   17:46 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di perempatan jalan, sisi kirinya, Ia melihat Dia keluar dari rumahnya. Kembali Ia menyapa, kembali Ia mendapat jawaban acuh. Ia masih berdiri disana, menunggu Dia untuk kembali memasuki rumah. Tapi bukannya masuk rumah, seseorang keluar dari rumahnya.

"Suaminya toh" Setelah bergumam, Ia hanya tersenyum menyapa keduanya dan melanjutkan perjalanannya. Memandang langit biru, awan putih dengan bentuk tak beraturannya. "Sungguh aku ingin mengatakan, jika kau tidak bertemu dengannya, kita pasti masih sering pergi bersama"

Kala itu, mereka bersama dalam masa beranjak dewasa. Dia memperkenalkan seorang laki -- laki, yang ternyata adalah seseorang yang disukai Ia. "Apa maksud kalian?"

"Kau pikir sudah berapa lama kita bersama? Kau tidak akan bisa berbohong padaku. Aku tahu, dia bukan? Orang yang sering kau ceritakan padaku?"

Ia memandang laki -- laki yang dibawanya dari atas hingga bawah, tidak banyak yang berubah sejak kita berpisah di jenjang sekolah yang sama.

Ia tersenyum, "Kau benar. Apalagi, memang aku payah dalam berbohong" Ia mempersilahkan mereka masuk. Kegiatan jumpa di rumah ini terjadi hingga beberapa lama. Ia yang berpikir sudah terbiasa akan tidak kehadirannya, kembali merasakan perasaan asing karena Dia membawa laki -- laki itu. Namun kembali, perasaan asing itu, kembali tidak ingin dirasakannya.

"Ibu, aku antar mereka sampai depan dulu ya! Tidak lama."

"Cepat pulang! Ibu sedang repot ini!"

Depan yang dimaksud adalah perempatan jalan, dimana dibelakang mereka adalah jalan menuju rumah Ia. Kiri mereka adalah jalan menuju rumah Dia, kanan adalah jalan masjid dan depan adalah jalan besar.

Ia berada di belakang mereka, memandang Dia yang tengah bergurau dengan laki -- laki yang masih membuatnya memiliki perasaan asing. Ataukah seharusnya aku tidak memiliki perasaan ini?

Tepat di perempatan, Ia menghentikan langkahnya, membiarkan mereka melangkah dengan serasi. "Kenapa berhenti? Siapa tadi yang mengatakan ingin mengantar sampai depan?" Ia tersenyum mendengar pertanyaan Dia yang berasal dari pernyataannya bodohnya. Aku tidak ingin terlibat lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun