Lihat ke Halaman Asli

Yuyun Suminah

Seorang guru, penulis, pendongeng dan reporter

Menikah, Antara Takut atau Ditakut-Takuti

Diperbarui: 13 Oktober 2025   15:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi (menikah)

Oleh : Yuyun Suminah

Proses hidup yang akan dilaui oleh setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan yaitu menikah. Untuk menuju langkah tersebut jangan coba-coba, asal-asalan, modal nekat tanpa ilmu dan persiapan mental. Pernikahan bukan sehari dua hari tapi selamanya tidak hanya di dunia bahkan bisa sampai ke akhirat. 

Persiapan untuk menuju pernikahan perlu dilakukan setiap individu, seperti meluruskan niat menikah, ilmu agama yang kaitannya dengan hak dan kewajiban suami istri, ilmu komuniasi, finansial dan mental.

Persiapan pun dilakukan juga oleh lembaga terkait diantaranya memberikan edukasi kepada bakal calon-calonnya termasuk kepada para pelajar SMA maupun SMK seperti yang dilakukan oleh SMAN 1 Babakancikao, Purwakarta menjadi tempat pengarahan pernikahan kepada para pelajar kelas 12, yang dihadiri oleh Penyuluh Agama IsIam Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Babakancikao, Hakim Muslim, H Dede Sopyan dan Iwan Setiawan pada hari Rabu, 3/8/2025.

Isi dari penyuluhan tersebut yang disampaikan oleh penyuluh agama bahwa tujuan kegiatan ini untuk memberikan pemahaman kepada remaja akan pentingnya menyiapkan mental, emosional, pendidika  hingga ekonomi sebelum memutuskan untuk menikah.

Jika kita melihat fakta saat ini tak sedikit pasangan yang menjalani pernikahan tumbang ditengah jalan (gagal) dengan dilatar belakangi berbagai faktor. Diantaranya Kekerasan rumah tangga, faktor perselingkuhan, ekonomi, belum siap mental dan lainnya sehingga memicu banyaknya konflik. 

Dari fakta tersebut pemerintah memberikan solusi untuk mengurangi angka percerain yaitu dengan menunda untuk menikah. Penyuluh agama pun menaruh harapan dengan diadakannya penyuluhan ini para remaja akan fokus kepada pendidikan dan karier dulu. Setelah sukses baru memikirkan pernikahan. 

Menuju pernikahan memang perlu kesiapan namun apakah harus menunggu sukses dulu, sukses seperti apa? Menunggu punya rumah sendiri, kendaraan sendiri, kerja yang mapan, sehingga ada ungkapan "jangan menikah jika belum punya ini itu" lebih dilihat ke kesiapan materi, jabatan, pendidikan apakah itu yang menjadi tolak ukurnya?

Dalam sistem saat ini yaitu sistem kapitalisme yang semua perbuatan selalu diukur oleh materi faktor tersebut dijadikan tolak ukur seseorang menuju pernikahan. Tanpa dibarengi ilmu agama, dan apakah kesuksesan dunia tersebut dirihdoi? Sehingga jalan tengah dari solusi keinginan menikah tersebut diluapkan dengan jalan yang haram yaitu pacaran dulu. Bertahun-tahun bergelut dengan maksiat demi kata sukses dulu sambil pacaran.

Maka menjadi wajar ketika hasil dari pacaran pergaulan bebas yaitu terjadinya hamil diluar nikah. Bahaya yang lebih ngeri karena belum siap secara materi melakukan aborsi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline