Hai teman-teman semua, kembali lagi bersama aku untuk membahas seputar keuangan mahasiswa. Kita kan udah pernah bahas soal dana darurat, kan? Dan rasanya, punya dana darurat itu udah kayak punya pedang di tengah hutan. Kita merasa siap, merasa aman, dan merasa sudah cukup bertanggung jawab. Aku juga dulu berpikir begitu. Aku bangga dengan rekening khusus yang aku isi pelan-pelan, dan aku bilang pada diri sendiri, "Aku udah siap menghadapi apa pun."
Ternyata, "apa pun" itu ternyata punya level yang berbeda-beda. Dan aku baru sadar kalau pedang yang aku pegang itu cuma bisa lawan iblis kecil, bukan untuk melawan naga.
Saat Satu Klik Menghancurkan Rasa Aman
Ceritanya berawal dari sebuah laptop. Ini terjadi beberapa bulan lalu, di malam yang seharusnya biasa-biasa saja. Aku lagi kebut-kebutan ngerjain tugas akhir mata kuliah yang deadline-nya besok pagi. Semua data, semua riset, semua referensi yang udah aku kumpulkan selama berminggu-minggu ada di sana. Aku udah di fase finishing, tinggal sedikit lagi lagi.
Sekitar jam 11 malam, aku mau save file. Tiba-tiba, layarnya berkedip sekilas. Lalu, hitam. Total.
Aku bengong. "Apaan nih?" Aku coba nyalain lagi. Nggak ada reaksi sama sekali. Aku lepas pasang baterai, tekan tombol power dalam waktu lama. Masih sama. Mati. Pingsan. Meninggal dunia.
Panas dingin aku rasakan. Jantungku langsung dag-dig-dug nggak karuan. Bukan karena tugasnya, tapi karena sebuah pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepala: "Sekarang... apa yang harus aku lakukan?"
Aku coba pinjam laptop teman sekosan, tapi ternyata spec-nya nggak kuat buat buka software yang aku pake. Panik. Aku mulai telepon teman-teman lain, tapi pada udah pada tidur. Di tengah kepanikan itu, satu-satunya orang yang bisa aku hubungi adalah Ayahku.
Dengan tangan gemetar, aku menelponnya. "Pa... laptopku mati."
Ayah langsung sadar ini darurat. "Lho, gimana? Ada tugas penting?"
"Iya, Pa. Buat besok. Dan... kayaknya harus dibawa ke servis."