Siapa sangka, di balik kesibukan mahasiswa musik berlatih instrumen dan menulis partitur, ada satu hal penting yang sering terlewat: mengenal diri mereka sendiri sebagai musisi. Di tengah rutinitas kampus yang padat, muncul satu inovasi baru dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang mencoba menjawab kekosongan itu --- namanya FERMATA AI.
FERMATA AI bukan sekadar aplikasi berbasis kecerdasan buatan. Ia berfungsi layaknya "teman refleksi" digital bagi mahasiswa musik. Melalui lima fase interaktif berbasis teks, sistem ini menuntun mahasiswa untuk menelusuri siapa diri mereka dalam dunia musik: apa nilai-nilai ekspresi yang mereka yakini, apa kekuatan personal yang mereka miliki, dan ke mana arah karier yang ingin dituju.
Menurut tim peneliti --- Enry Johan Jaohari, Zakarias Sukarya Soeteja, dan Muhammad Yuda Ramadhan --- riset ini lahir dari kegelisahan bahwa pembelajaran musik di Indonesia terlalu menekankan aspek teknis, seperti teori, komposisi, dan performa, tetapi kurang memberi ruang untuk refleksi personal.
"Banyak mahasiswa bisa memainkan karya dengan baik, tapi belum tentu tahu siapa dirinya sebagai musisi," ujar Enry Johan Jaohari, dosen FPSD UPI sekaligus penggagas sistem ini.
Refleksi Lima Fase: Dari Kepekaan Artistik ke Strategi Karier
Di dalam sistem FERMATA, mahasiswa diajak melalui lima tahap refleksi: