Lihat ke Halaman Asli

Yudha Yanesa

mahasiswa

Catatan Sejarah dan Dilema Shin Tae-yong Pasca Piala Asia 2023

Diperbarui: 2 Februari 2024   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto by tv onenews.com

Piala Asia 2023 telah berakhir untuk Indonesia, dengan Timnas Indonesia harus angkat koper setelah tersingkir di babak 16 besar. Meskipun gagal meraih gelar, pencapaian ini mencatat sejarah baru bagi Timnas Indonesia, yang selama 6 tahun terakhir berhasil mencapai babak 16 besar kompetisi tersebut untuk pertama kalinya.

Sebagai upaya evaluasi, banyak yang bertanya tentang nasib pelatih kepala, Shin Tae Yong, pasca-Piala Asia ini. Berbagai berita bermunculan, termasuk kabar palsu atau hoaks yang menyebutkan Sintayong langsung dipecat setelah kegagalan di babak 16 besar. Di sisi lain, ada juga berita yang menyebutkan Sintayong mendapatkan perpanjangan kontrak usai membawa Timnas melangkah ke babak tersebut.

Namun, fakta yang sebenarnya adalah, menurut Ketua Umum PSSI, nasib Shin Tae Yong akan ditentukan setelah Piala Asia U23, mengingat kontraknya masih berlaku hingga April 2024. Oleh karena itu, klaim berita mengenai pemecatan atau perpanjangan kontrak Sintayong saat ini hanya merupakan hoaks, karena belum ada pernyataan resmi dari PSSI mengenai hal tersebut.

Pertanyaan yang muncul di benak banyak orang adalah apakah layak untuk mempertahankan Sintayong sebagai pelatih Timnas Indonesia. Pandangan mengenai hal ini terbagi antara mereka yang hanya menginginkan prestasi instan dan mereka yang lebih memahami progres, cara bermain, dan faktor mentalitas dalam sepak bola.

Namun, melihat fakta yang ada, dari total 19 pelatih asing yang pernah menangani Timnas Indonesia sejak tahun 1934, hanya Sintayong yang mampu mengangkat peringkat Timnas Indonesia dalam peringkat FIFA terbanyak. Dengan catatan 43 pertandingan selama 3 tahun, Sintayong berhasil meraih 21 kemenangan (49%), 10 kali imbang (23%), dan 12 kali kalah (28%). Shin Tae Yong juga mampu membawa Indonesia naik 31 peringkat dari ranking FIFA saat pertama kali tiba di Indonesia pada 2020.

Meskipun prestasi terbaik Sintayong hingga kini adalah menjadi runner-up Piala AFF, dia tetap menjadi satu-satunya pelatih yang berhasil mengangkat peringkat Indonesia sebanyak itu. Dalam konteks permainan, tentu ada pro dan kontra, terutama dalam hal taktik yang dianggap absur oleh beberapa pihak.

Ketika melihat pemain yang dinaturalisasi oleh Shin Tae Yong, pertanyaan muncul apakah mereka memiliki level grade A Eropa atau dunia. Fakta menunjukkan bahwa pemain-pemain tersebut lebih ke arah grade B dan C, bukan grade A, dan kebanyakan dari mereka bermain di Liga 2 atau Liga 3 negara Eropa.

Dengan berbagai argumen pro dan kontra, pertanyaan tetap berlanjut: apakah Indonesia harus mempertahankan Shin Tae Yong atau tidak? Keputusan ini nantinya akan ditentukan oleh PSSI setelah Piala Asia U23.

Selain dari aspek tim nasional, dunia transfer pemain juga menjadi sorotan. Meskipun beberapa klub elit Eropa menyatakan ketertarikannya pada pemain Timnas Indonesia, kenyataannya berbeda. Beberapa pemain seperti Asnawi dan Elkan Bagot justru turun kasta atau kesulitan mendapatkan klub di luar negeri.

Klub-klub Liga 1 di Indonesia justru melihat pemain-pemain yang diasuh oleh Shin Tae Yong sebagai potensi utama. Persib Bandung, Bali United, Persija Jakarta, dan Bayangkara FC termasuk di antara klub-klub yang berminat mendatangkan pemain Timnas Indonesia, menganggap pemain-pemain ini memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan pemain lain, terutama pemain naturalisasi atau keturunan yang memiliki status lokal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline