Di balik nama besar Karl Marx, ada sosok penting yang sering kali terlupakan bernama Friedrich Engels. Dia bukan sekadar 'bestie'-nya Marx, tetapi juga rekan intelektual yang bersama-sama merumuskan dasar teori Marxisme. Tidak seperti Marx, Engels lahir dari keluarga kaya di Jerman. Meski ayahnya adalah pemilik pabrik besar, Engels justru memilih berpihak kepada kaum buruh yang menderita akibat Revolusi Industri. Dari tulisan-tulisannya yang tajam, Engels memperlihatkan bagaimana kapitalisme menciptakan ketimpangan sosial, sekaligus menyalakan semangat revolusi yang menggema hingga kini.
Friedrich Engels lahir pada 28 November 1820 di Barmen (kini Wuppertal), Jerman. Dia berasal dari keluarga pengusaha tekstil. Meski berasal dari kalangan borjuis, Engels muda tergerak oleh penderitaan kelas pekerja. Pengalamannya di Inggris, pusat Revolusi Industri, membuatnya menyaksikan langsung kerasnya hidup buruh pabrik. Dia melihat bagaimana buruh diupah rendah, jam kerjanya panjang dan kondisi kerja yang mereka alami sangat tidak manusiawi. Dari keprihatinannya, lahir karya pentingnya yang berjudul "The Condition of the Working Class in England" (1845). Dalam buku tersebut, dia mengungkap realitas pahit industri modern.
Engels tidak berhenti hanya menulis tentang kondisi buruh, tetapi juga menyumbangkan pemikiran besar tentang asal-usul masyarakat. Dalam karyanya yang lain, "The Origin of the Family, Private Property, and the State", dia menjelaskan bagaimana negara dibentuk sebagai alat dominasi kelas penguasa. Menurutnya, institusi sosial seperti keluarga, kepemilikan pribadi dan negara, bukanlah sesuatu yang alami, melainkan hasil perkembangan sejarah yang sarat kepentingan.
Pertemuan Engels dengan Karl Marx pada tahun 1844 di Paris menjadi titik balik yang menentukan jalan intelektualnya. Keduanya menemukan kesamaan visi, yaitu sama-sama mengkritik kapitalisme. Engels tidak hanya mendukung Marx secara intelektual, tetapi juga finansial. Dia membantu Marx dan keluarganya yang hidup dalam kesulitan ekonomi. Bahkan setelah Marx wafat pada 1883, Engels berperan besar menyusun dan menerbitkan jilid-jilid lanjutan buku 'Das Kapital', karya monumental Marx yang belum sempat diselesaikan.
Bersama Marx, Engels menekankan bahwa perubahan sosial sejati hanya bisa dicapai lewat revolusi proletariat. Kapitalisme, dalam pandangan mereka, tidak mungkin diperbaiki dari dalam karena sistem tersebut berdiri di atas eksploitasi buruh. Revolusi adalah jalan satu-satunya menuju masyarakat tanpa kelas, di mana alat produksi dimiliki bersama dan ketidakadilan struktural dihapuskan.
Pandangan Engels tentang negara juga tajam. Ia melihat negara sebagai instrumen kelas penguasa untuk mempertahankan status quo. Itulah mengapa, setelah revolusi, negara proletariat hanya bersifat sementara. Fungsinya sekadar sebagai alat transisi menuju masyarakat komunis yang pada akhirnya tidak lagi membutuhkan negara.
Warisan intelektual Engels tidak terbatas pada karya-karyanya saja. Dia bukan hanya dikenal sebagai penulis dan pemikir, tetapi juga organisator yang menyebarkan gagasan Marxisme ke berbagai penjuru dunia. Teorinya kemudian menjadi pijakan bagi banyak gerakan sosial dan revolusi, termasuk Revolusi Rusia 1917. Tentu, seperti halnya Marx, Engels tidak lepas dari kritik. Banyak pemikir lain melihat penerapan ide-ide Marxsisme di banyak negara sering kali justru menghasilkan rezim otoriter, jauh dari cita-cita masyarakat tanpa kelas yang dibayangkan Engels.
Meski begitu, pemikiran Engels tetap relevan. Di tengah ketimpangan ekonomi global dan konsentrasi kekayaan di tangan segelintir orang, analisanya tentang perjuangan kelas masih menjadi bahan diskusi penting. Engels mengingatkan bahwa masalah sosial bukan hanya soal individu malas atau rajin, melainkan struktur yang menciptakan kesenjangan sejak awal.
Friedrich Engels adalah contoh bagaimana seorang yang lahir di lingkungan mapan memilih berdiri di sisi kaum tertindas. Sebagai sahabat setia Marx sekaligus pemikir mandiri, Engels meninggalkan warisan intelektual yang membuat namanya tak bisa dilepaskan dari sejarah filsafat, ekonomi politik dan perjuangan sosial dunia.