Kita sering melihat seorang yang sombong, yang dengan bangganya mengatakan saya mempunyai banyak teman, dari mantan teman sekolah, mantan teman kuliah, mantan teman kerja, teman di asosiasi bahkan para pejabat tinggi yang saat ini aktif.
Apakah semuanya benar-benar teman sejati atau teman palsu ? Karena mengaku menjadi teman saat dia sedang sukses.
Bila suatu saat dia sedang mengalami kemunduran bisnis atau pernah terserang penyakit kronis, berapa banyak teman yang masih mau mdngakuinya sebagai teman ?
Mungkin ada yang hanya mengirimkan karangan bunga sebagai tanda simpati, tetapi menengok sebentar pun tidak. Bahkan banyak yang mulai meninggalkan pelan-pelan, seolah tidak merasa kenal.
Ujian yang tepat untuk mengetahui kualitas teman adalah saat kita sedang terpuruk, jatuh rugi atau menderita kesusahan. Teman sejati akan nampak disini, mereka akan tetap setia dan tetap mendampingi kita. Meski pamor kita sudah tidak lagi secemerlang dulu.
Teman sejati akan selalu mendampingi, datang dengan sekadar nasehat maupun bantuan moril, bahkan tidak segan-segan merogoh kocek dalam-dalam untuk membantu mengangkat kita dari keterpurukan.
Jadi teman sejati akan senantiasa didekat kita pada suka dan duka.
Sedangkan teman palsu mudah kita krnali, mereka adalah teman yang selalu berada didekat kita bila kita sedang sukses atau sedang berada dalam suasana suka. Sebaliknya bila kita sudah meredup, katakanlah sudah beralih dari status aktif ke pensiun, perhatikan siapa-siapa saja yang masih tetap mau berteman drngan kita
Tolok ukurnya mudah, saat kita masih aktif, kita akan dipuja-puja sebagai tamu VIP. Tetapi begitu kita sudah pensiun saat mereka menikahkan anak / cucu, Â ingat mengundang kita saja pun tidak. Mungkin mereka memikirkan prinsip ekonomi, mengundang kita yang sudah pensiun paling bisa menyumbang berapa, lebih baik kuota undangan yang terbatas dikirimkan kepada pejabat yang masih aktif yang tentu masih bisa memberikan sumbangan lebih besar.
Artinya, teman palsu hanya mau dekat dengan kita bila kita masih dapat dimanfaatkan atau bermanfaat bagi mereka. Saat kita sudah tidak berguna lagi, kita adalah orang nomor ke sekian.
Secara mudah ciri-ciri teman sejati dapat digambarkan sebagai berikut: