Lihat ke Halaman Asli

Pentingya Sebuah Integritas

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pentingya Sebuah Integritas

Integritas. Ini bukan soal menaikan harga diri satu orang kepada orang lain. Tapi soal menjaga kemanusiaan kita. Dan dengan demikian, maka tak akan ada orang yang berani mengganggu hak-hak sipil publik kita. Tak terpenuhi dan atau hilangnya hak publik seseorang, bisa jadi karena keserakahan orang lain, inilah sebab musabab terjadinya konflik dan kekerasan. Konflik dan kekerasan yang kadang mengatasnamakan agama pun, terjadi karena terhalanginya hak-hak sipil publik itu.

Pentingnya integritas itu untuk menegaskan hak individu, yang turunannya adalah egalitarianism, yaitu persamaan hak. Dalam dimensi sosial, salah satu substansi ajaran agama adalah paham persmaan hak kemanusiaan. Bagaimana mungkin, pencipta menganggap manusia semua sama, lantas ada manusia yang menganggap dirinya lebih tinggi derajatnya diantara manusia lainnya. Namun demikian, yang bisa secara tegas memposisikan seorang individu sama derajatnya dengan individu yang lainnya adalah kita sendiri.

Adagiumnya. “hargai dirimu sendiri, maka orang lain akan menghargaimu”. Integritas adalah bagian dari fitrah kemanusiaan. Maka jangan pernah merendahkan dirimu dihadapan atau kepada orang lain, apalagi itu dilakukan untuk mendapat belas kasihan. Merendah kepada orang lain tidak akan pernah terjadi secara iklas dan sempurna, karena pasti akan bertentangan dengan nurani sendiri. Sebab itu dilakukan bukan untuk merendahkan diri, tapi karena motivasi belas kasihan itu. Pelacur sekalipun, tujuan hidupnya bukan untuk melacurkan diri, dan dia tidak bernah bercita-cita menjadi pelacur, dan pasti akan marah saat dibilang pelacur, meski sudah sahih definisi pelacur itu secara sosial. Pelacur melacurkan diri untuk mencari hak-haknya sebagaimana hak yang didapat orang lain dengan cara tidak melacurkan diri.

Orang yang merendahkan diri kepada orang lain sepenuhnya sadar bahwa itu adalah perbuatan yang tidak manusiawi, karena fitrahnya bukan untuk direndahkan. Dalam fiqih Islam pun secara terang ditegaskan, bahwa salah satu prinsip maqasid syari’ah adalah untuk menjaga kehormatan diri. Menjaga kehormatan diri tidak bermakna pasif, bahwa hanya untuk diri sendiri, tetapi juga aktif, untuk menjaga kehormatan orang lain. Ketika seseorang, karena ketidakmampuan menjaga haknya, maka kita harus menjaga agar haknya tidak hilang dari dirinya. Bukan malah memanfaatkan ketidakmampuannya untuk dieksploitasi lantas memberikan haknya secara tidak wajar dan tak seimbang.

Perbuatan ini hanya akan melahirkan ketimpangan sosial dalam pemenuhan hak-hak sipil publik. Dan ketika ketimpangan itu menjadi mapan dalam siklus kehidupan, maka tak ada satu manusiapun yang mampu mencegah terjadinya kekerasan. Ketika kekerasan muncul, baik karena untuk tujuan menindas atau memberontak, memaksa atau melawan, sifat kemanusiaan yang mulia pun hilang. Akal manusia memfosil, manusia menjadi rendah dari makhluk yang paling rendah sekalipun.

Jadi kelanjutan logis dari integritas diri adalah egalitaranisme, dan prinsip persamaan itu adalah bagian dari kefitrahan manusia itu sendiri. Mari kita menjaga integritas diri kita, bukan untuk menyombongkan diri, tapi untuk menjaga persamaan hak kemanusiaan. Surga, jika semua mengharapkannya, bukanlah tempat untuk orang-orang yang sombong. Ingat, kesombongan adalah penyebab utama iblis terlempar dari surga

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline