Lihat ke Halaman Asli

Veronika Gultom

TERVERIFIKASI

https://vrgultom.wordpress.com

Penjilat Bakal Ada Di Mana-mana, Maka Kita Pun Perlu Cerdik

Diperbarui: 7 Oktober 2025   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

iluastrasi: sugar coating coworker (sumber: beldinggroup.com)

Sugar coating bisa jadi merupakan kemampuan berkomunikasi. Tergantung tempatnya di mana. Kalau untuk jenis-jenis pekerjaan yang harus flexible mendekati orang jenis apapun mungkin kemampuan ini diperlukan. Dengan catatan, (seharusnya) sugar coating tidak terlalu "sugary", alias tetap dapat dipertanggung jawabkan. Jilat-jilat dikit kadang perlu juga kalau menghadapi orang yang memang senang dijilat dan diangkat-angkat. Itu pun sebaiknya hanya kalau perlu saja, tanpa merugikan orang lain dan tidak perlu merendahkan diri sampai terlalu rendah.

Karena pada akhirnya keterampilan menjilat doang tidak akan ada gunanya. Harus ada sambungannya, yaitu kemampuan sebenarnya yang ingin ditonjolkan.

Seorang pekerja bisa saja menjilat sana-sini dalam persaingan dengan rekan kerja yang lain, tetapi kalau otaknya kosong, pada akhirnya akan tereliminasi juga.

Belum lagi, orang seperti ini akan menuai rasa tidak suka dari rekan kerja lain. Karena biasanya, dia adalah orang yang pandai bicara, tetapi bicaranya bisa beda-beda ke setiap orang, tergantung tujuan pribadinya. Mungkin juga dia memang selalu berusaha terlihat "baik" di mata semua orang, padahal kenyataannya baik hanya demi kepentingan diri sendiri.

Ada juga golongan penjilat yang mengambil "tugas" menyampaikan segala sesuatu kepada atasan, sehingga membuat atasan panas dan mengambil tindakan tergesa-gesa tanpa penyelidikan lebih lanjut.

Apa gak cape ya?

Terkadang kita baru sadar kalau ada rekan kerja penjilat yang senang mengambil keuntungan dari suatu situasi dan kita merasa kesal dengan kelakuanya. Namun, percaya saja, pada akhirnya kejujuran yang menang. Mungkin bukan menang di tempat yang sama, tetapi bisa jadi di tempat lain.

Terusir dari suatu tempat karena ulah seorang penjilat, bukan akhir dari segalanya. Mungkin justru mereka yang rugi karena tidak bisa mengenali penjilat yang salah tempat. Sementara si penjilat bisa jadi bertahan di tempat itu. Tetapi bertahan di satu tempat, belum tentu maju. Bisa jadi karena tidak punya modal skill yang mumpuni untuk pindah kerja demi mendapatkan sesuatu yang lebih baik.

Saya sendiri pernah "melabrak" seseorang karena "asbun". Dan rupanya asbunnya karena aduan seorang penjilat, yang sekaligus mencari jalan agar tidak disalahkan atas sesuatu, dengan berusaha menimpakan kesalahan pada saya.

Mungkin bisa dikatakan orang yang dilapori ini adalah salah satu penentu apakah pekerjaan saya lanjut di tempat itu atau tidak, walaupun dia bukan atasan saya. Tetapi, karena saya tahu persis pekerjaan saya, dan karena omongannya yang asbun, maka saya berani bertanya, "Maksudnya apa nih?!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline