Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025 menjadi sangat berkesan bagi komunitas Grup Guru Inspiratif. Dalam rangka memperingati momen ini dan menyambut terbitnya buku The Art of Communication for Teacher: Menjadi Guru Hebat dengan Kemampuan Komunikasi yang Memikat karya Coach Nurachman, digelar tiga rangkaian training yang sarat praktik: Public Speaking, Hypnoteaching, dan Ice Breaking.
Ketiga pelatihan ini dilaksanakan secara daring setiap akhir pekan malam selama tiga pekan berturut-turut. Walau sesi dijadwalkan 90 menit, dalam praktiknya kegiatan berlangsung hampir tiga jam nonstop. Menariknya, semakin malam justru peserta semakin antusias dan aktif. Mungkin karena mayoritas peserta adalah ibu guru yang di akhir pekan sudah terbebas dari rutinitas rumah dan pekerjaan administratif sekolah.
Sebagai bagian dari tim panitia yang bertugas memastikan kelancaran teknis via Zoom, saya juga ikut serta sebagai peserta. Salah satu momen paling membekas adalah saat peserta diminta menjawab pertanyaan sederhana namun dalam: "Who Am I?" Otak saya seperti beku. Menjawab satu kata tentang diri sendiri ternyata tidak semudah itu. Padahal, dalam buku ini, penulis menekankan:
"Ma'rifatun nafs atau mengenali diri sendiri sejatinya adalah kunci dari kemenangan hidup, setiap orang pasti memiliki identitas akan dirinya sendiri. Walau terkadang masih jarang yang benar-benar mengenal dan mengerti siapa dirinya." (hal.8)
Buku ini bukan sekadar membahas teknik bicara di depan umum. Ia menyentuh aspek spiritual dan reflektif seorang guru. Dari mengenal jati diri, membangun rasa percaya diri, hingga menjadi komunikator yang andal di kelas dan masyarakat.
Bukan rahasia lagi bahwa banyak guru---meski menguasai materi---mengalami tantangan dalam menyampaikan pelajaran. Tidak sedikit guru yang kemudian diberi label "boring" oleh murid-muridnya. Materi yang disampaikan tak membekas, kelas menjadi pasif, siswa tampak ngantuk, dan proses belajar berjalan tanpa jiwa. Bahkan lebih memprihatinkan lagi, ada guru yang merasa dirinya sukses hanya karena ditakuti murid, padahal itu bukan indikator keberhasilan sejati dalam pendidikan.
Dalam bab awal buku ini, penulis menyentil realitas tersebut:
"Apakah Anda pernah merasakan saat materi yang disampaikan di kelas kurang direspon siswa? Atau pernah dievaluasi oleh wakil kepala sekolah bidang akademik bahwa cara mengajar Anda kurang diminati oleh siswa karena dirasa membosankan?" (hal. 2)
Namun Coach Nurachman tidak berhenti pada problem. Ia menawarkan jalan keluar konkret: The Art of Communication. Ia membagi keterampilan penting seperti public speaking, ice breaking, dan hypnoteaching, yang bisa dipelajari siapa saja, termasuk guru yang awalnya kaku, gugup, atau tidak percaya diri.
Buku ini menjelaskan bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi juga komunikator dan fasilitator pembelajaran. Guru perlu tampil dengan kepercayaan diri yang sehat dan kemampuan komunikasi yang efektif.