Lihat ke Halaman Asli

Toto Endargo

Peminat Budaya

Babad Onje: Di Bawah Suhunan Plered - Depopulasi dan Bayang Perang Trunajaya

Diperbarui: 5 Agustus 2025   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Depopulasi dan Bayang Perang Trunajaya - Meta AI

Babad Onje: Di Bawah Suhunan Plered -- Depopulasi dan Bayang Perang Trunajaya

Pagi yang dingin di tepi Sungai Klawing, tanah Onje mungkin pernah hening. Sawah-sawah terbentang, tetapi banyak lahan dibiarkan kosong. Rumah-rumah berjauhan, desa terasa lengang. Tidak ada catatan suara ratapan, hanya satu kalimat pendek dalam naskah kuno yang seakan berbicara:

"Cacah Onje kabukten kawula tigang lawe den cacah kepanggih kawanatus."

Dari awalnya 200 mardika --- sekitar 800 jiwa saat didirikan di masa Pajang --- kini hanya tinggal tigang lawe, sekitar 300--400 orang. Angka ini membuat kita bertanya: apa yang telah terjadi dengan Onje di masa itu?

Dari 200 Mardika ke Tigang Lawe

Ketika Sultan Hadiwijaya (Pajang) memberikan tanah kepada Kiyai Ageng Ore-ore sebagai hadiah pernikahan, naskah mencatat:

"Lan sira, manira paringi bumi karya rongatus mardika..."

Dalam administrasi Jawa, 200 mardika berarti 200 cacah bebas pajak. Jika satu cacah mewakili 4 jiwa, populasi awal Onje sekitar 800 orang --- jumlah wajar untuk sebuah kadipaten baru.

Beberapa generasi kemudian, di masa Amangkurat I (Suhunan Plered), naskah yang sama mencatat:

"...den cacah Onje kabukten kawula tigang lawe den cacah kepanggih kawanatus."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline