Lihat ke Halaman Asli

Syifa El Sahla Jayadi

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Karya Wonderland Indonesia Sebagai Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Tengah Arus Globalisasi

Diperbarui: 1 April 2024   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: ajengmas.com 

Kebudayaan merupakan suatu pedoman hidup dalam suatu kelompok masyarakat untuk dijadikan acuan dalam bertingkah laku atau bertindak, maka kebudayaan itu cenderung menjadi suatu warna atau tradisi yang turun menurun dalam suatu masyarakat. Menurut Koentjaraningrat (1990: 49), kebudayaan mengandung tujuh unsur, yaitu bahasa, system teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi dan kesenian. Oleh karena itu, melestarikan kebudayan bangsa sendiri sangat penting demi mempertahankan identitas bangsa itu sendiri. Sebagai bangsa Indonesia tentunya harus dapat mempertahankan dan terus melestarikan kebudayaannya.

Era globalisasi ditandai dengan adanya perkembangan teknologi, telekomunikasi, dan transportasi, sejak awal abad ke-20. Globalisasi memberikan kemudahan bagi manusia di dunia untuk berinteraksi dan perlahan menghilangkan perbedaan yang membatasi mereka.  Menurut Gannon, globalisasi merujuk pada meningkatnya ketergantungan antara pemerintah, perusahaan bisnis, organisasi nirlaba, dan penduduk secara individu. (Samovar, dkk., 2010).

Kebudayaan Indonesia dari masa ke masa selalu mengalami perubahan, hal tersebut terjadi dikarenakan faktor masyarakat yang memang menginginkan perubahan dan perubahan kebudayaan terjadi sangat pesat yaitu karena masuknya unsur-unsur globalisasi ke dalam kebudayaan  Indonesia. Unsur globalisasi masuk tak terkendali merasuki kebudayaan nasional yang merupakan jelmaan dari kebudayaan lokal yang ada disetiap daerah dari Sabang sampai Merauke (Tobroni: 2012 : 123).

Gaya hidup Masyarakat yang semakin berubah setiap harinya yang salah satu penyebabnya adalah arus globalisasi. Salah satu dampak dari pesatnya arus globalisasi adalah kemajuan teknologi yang makin tak terbendung. Kemajuan teknologi ini tentu saja memiki dampak positif dan negatif. Positifnya kita dapat berkomunikasi dengan mudah antar lintas negara. Namun negatifnya Masyarakat Indonesia menjadi terbawa arus kebudayaan negara lain yang apabila tidak di saring maka dapat menimbulkan tergerusnya kebudayaan Indonesia sendiri.

Di masa sekarang, globalisasi terus menerus mengalami kemajuan yang sanat pesat. Hal ini berdampak pada berubahnya kebudayaan-kebudayaan. Menurut Suryana dan Dewi: 2021:  600-601) mengemukakan bahwa di era globalisasi seperti sekarang ini banyak menimbulkan perkembangan-perkembangan yang sangat cepat, seperti teknologi.

Dari sekian banyak kebudayaan yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah tarian daerah. Begitu banyak tarian daerah khas Indonesia seperti tari kecak dari Bali, tari piring dari Sumatera Barat, tari saman dari Aceh dan lain sebagainya. Semua tarian daerah tersebut memiliki ciri khasnya tersendiri yang merupakan asset bangsa yang harus dijaga kelestariannya. Globalisasi sendiri suatu tantangan bagi bangsa Indonesia. Era globalisasi juga mencipatakan arus modernisasi, dimana bangsa Indonesia khusunya anak muda lebih menyukai budaya luar atau budaya asing.

Bedasarkan penndapat yang dikemukakan Paul S.N. (Lee 1991 dalam Goonasekera et al. 1996: 98-99) menemukan adanya empat cara budaya lokal dalam merespons budaya asing yang dibawa globalisasi:

1. Parrot pattern, merupakan pola penyerapan secara menyeluruh budaya asing dalam bentuk dan isinya, seperti halnya burung kakatua (parrot) yang meniru secara total suara manusia tanpa memedulikan arti atau maknanya. 

2. Amoeba pattern, merupakan pola penyerapan budaya asing dengan mempertahankan isinya tapi mengubah bentuknya, sama halnya dengan amoeba yang muncul dalam bentuk berbedabeda tapi substansinya tetap sama. Contohnya, program televisi dari asing yang dibawakan pembawa acara lokal sehingga tak mengesankan program impor.

3. Coral pattern, merupakan pola penyerapan budaya asing dengan mempertahankan bentuknya tapi mengubah isinya, sesuai dengan karakter batu karang (coral). Contohnya, lagu yang dimainkan dengan melodi dari asing tapi liriknya menggunakan bahasa lokal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline