Di antara deretan buku-buku di rak pribadi saya, ada setumpuk serial komik lawas berjudul Peppermint Age. Jumlahnya ada 17 buku. Keberadaan komik ini tampak janggal di antara buku-buku lain. Lebih tipis, lebih pendek, lebih usang. Apalagi jika berdampingan dengan bukunya Pramoedya Ananta Toer, makin tak tepat saja kelihatannya.
Komik-komik ini sengaja saya koleksi sebagai kenang-kenangan masa kecil dulu. Saat di mana waktu pulang sekolah masih rajin mampir ke persewaan buku dan komik.
Anak milenial pasti tak asing dengan istilah persewaan buku dan komik. Di tahun-tahun 1990-an hingga 2000-an persewaan buku dan komik cukup booming. Ada di mana-mana, ramai dikunjungi dan jumlahnya banyak.
Persewaan buku dan komik seperti surga bagi saya kala itu. Berbeda dengan perpus sekolah yang koleksinya lebih terbatas, di tempat persewaan saya bisa menemukan judul-judul yang lebih menarik. Tapi alih-alih menyewa buku, saya justru tertarik dengan komik-komik.
Usia tergolong masih belia saat itu, buku berwarna dengan gambar lucu jelas lebih menggoda. Ya, begitulah kenyataannya! Sebelum akrab dengan buku-buku sastra saya lebih dulu kenal dengan komik-komik. Bukan komik laga atau petualangan, tapi justru komik bertema cinta-cintaan yang tamat dalam satu kali baca.
Alasannya sederhana : uang saku saya terbatas. Membaca serial berarti harus siap menanggung rasa penasaran dan biaya tambahan. Sementara untuk menyewa satu komik saja saya harus menyisihkan uang jajan.
Saya lupa berapa harga sewanya, kalau tidak salah 100 hingga 300 rupiah per komik. Terdengar kecil, tapi di tahun 1990-an, uang segitu cukup berarti. Uang saku saya saja cuma 100 rupiah per hari (sebenarnya saya lupa berapa nominalnya, tapi kata ibu -yang barusan saya Whatsapp- memang segitu).
Suatu ketika, saya yang biasa menyewa komik one shot tiba-tiba saja tertarik pada serial berjudul "Peppermint Age". Alasannya simpel: tokohnya terlihat cantik dan ganteng.
Sayangnya saya tidak bisa menamatkannya. Alasannya kenapa, saya sendiri lupa. Mungkin karena persewaan langganan saya tutup atau karena saya punya aktivitas lain. Intinya saya tidak berhasil menamatkannya.
Setelah itu cerita tentang Peppermint Age ini berhenti cukup lama dan baru di tahun 2019 namanya kembali muncul. Kala itu saya sedang berjalan-jalan di lantai basement Blok M. Tempat di mana banyak dijual kaset-kaset lawas, vinyl, buku-buku hingga komik-komik bekas.