Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tulislah, Asal Jangan untuk Meremehkan

17 Oktober 2025   18:35 Diperbarui: 17 Oktober 2025   18:35 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Tulislah, Asal Jangan untuk Meremehkan

 

[salah satu cara saya membantu siswa sekolah menengah yang sebagian besar orang tuanya berada di Malasya adalah meminta mereka menulis surat. Ya tulisan tangan. Meski mereka selalu say hello lewat pesan WA atau Video Call. Sensasinya beda. Sebulan, kadang tiga bulan sekali saya meminta mereka menuliskannya di buku tulis mereka. Tuliskan apa saja yang menjadi kerinduan mereka, apa saja keinginan jika mereka saat ini bersama orang tua. Nilai apa yang mereka alami ketika semua yang mereka inginkan atau butuhkan segera terpenuhi. Kalaupun meminta harus ada seninya sendiri agar orang tua yang mungkin lelah bekerja di perkebunan sawit tidak merasa dikejar-kejar oleh debt collector yang tak lain anaknya sendiri]

 

Stephen King, sang maestro cerita horor yang telah menggubah ketakutan menjadi seni, pernah berkata dengan sederhana namun tajam:

"Menulislah dengan alasan apa pun, selama bukan untuk meremehkan."

Kalimat itu bukan sekadar nasihat penulis kepada penulis. Ia adalah undangan terbuka kepada siapa saja: pelajar, guru, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, bahkan anak SMP yang baru belajar merangkai kata untuk berani menggoreskan pikiran ke atas kertas (atau layar). Karena menulis bukan monopoli para jenius. Ia adalah hak setiap manusia yang ingin memahami dirinya, menyuarakan hatinya, atau sekadar membersihkan kekacauan di dalam kepala.

Alasan untuk menulis bisa apa saja.
Tulislah karena kau marah dan kau tak ingin melukai siapa pun dengan kata-kata lisan yang tak terkendali.
Tulislah karena kau jatuh cinta dan perasaan itu terlalu indah untuk disimpan sendiri, meski tak pernah kau kirimkan.
Tulislah karena kau bingung dan dengan menuliskan kebingungan itu, kau berharap menemukan secercah jawaban.
Tulislah karena kau ingin mengingat hari pertama sekolah anakmu, aroma hujan di kampung halaman, atau suara tawa nenek yang sudah lama tiada.
Tulislah bahkan hanya untuk mengisi waktu luang, atau karena tugas sekolah, atau karena kau ingin membuktikan pada dirimu sendiri: "Aku masih bisa berpikir. Aku masih hidup."

Yang dilarang (dan di sinilah kebijaksanaan King bersinar) adalah menulis untuk meremehkan.
Jangan menulis untuk menjatuhkan.
Jangan menulis untuk menyakiti dengan sengaja.
Jangan menulis hanya agar kau terlihat lebih tinggi dengan cara merendahkan orang lain.

Sebab, pena adalah kekuatan. Dan kekuatan, jika dipakai untuk merusak, akan kembali merusak pemiliknya. Kata-kata yang lahir dari niat buruk tak hanya melukai orang lain, ia juga mengotori jiwa yang menuliskannya. Sebaliknya, bahkan tulisan yang paling sederhana, jika lahir dari kejujuran, rasa ingin tahu, atau keinginan untuk memahami, akan menjadi cahaya, bagi penulisnya, dan mungkin juga bagi orang yang membacanya.

Di era media sosial, di mana setiap orang punya "panggung" untuk bersuara, nasihat King terasa lebih relevan dari sebelumnya. Banyak yang menulis bukan untuk berbagi, tapi untuk menyerang; bukan untuk membangun, tapi untuk memecah belah. Padahal, dunia ini sudah cukup penuh dengan kebencian. Yang kita butuhkan bukan lebih banyak suara yang saling menghina, tapi lebih banyak suara yang berani jujur, berempati, dan berusaha memahami.

Maka, ambillah pena atau ketiklah di ponselmu dan tulislah.
Tulislah puisi yang canggung.
Tulislah surat yang tak pernah dikirim.
Tulislah jurnal harian yang penuh coretan.
Tulislah cerita pendek tentang kucing tetangga.
Tulislah renungan setelah shalat Subuh.
Tulislah rencana hidupmu lima tahun ke depan.

Alasanmu tak perlu muluk-muluk. Tak perlu "menjadi penulis terkenal" atau "mengubah dunia". Cukup alasan yang jujur: karena aku perlu menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun