Lihat ke Halaman Asli

Razass21

Mahasiswa

Otak Meluap, Dompet Menjerit, Pentingkah Pelaksanaan P5?

Diperbarui: 16 Oktober 2023   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

P5 merupakan singkatan dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, guna menerapkan pendidikan pancasila pada diri peserta didik. P5 ini termasuk dalam program dari kurikulum baru di Indonesia, yaitu kurikulum merdeka. Peserta didik dituntut harus membuat dan menghasilkan suatu produk dengan tema yang telah ditentukan guru atau sekolah.  Program P5 dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu guna melatih kreativitas dan membentuk pelajar pancasila yang memiliki karakter kuat dan siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang.

Adanya P5 dilaksanakan untuk seluruh peserta didik yang sekolahnya sudah menerapkan kurikulum merdeka. Namun nyatanya, banyak peserta didik yang kaget dengan perubahan ini dalam kegiatan belajar mereka, sebab pelaksanaan P5 dilakukan pada setiap mata pelajaran dan mayoritas sekolah ketika hendak kenaikan kelas peserta didik harus memamerkan karya mereka dalam sebuah pameran. Dengan hal tersebut pasti membutuhkan banyak biaya dan peserta didik harus berpikir lebih luas.

Program ini menimbulkan banyak kontrovesi, khususnya guru, orang tua murid, dan para murid yang sangat menarik untuk dibahas. Pasalnya opini pro dan kontra tentang P5 masih belum berhenti hingga sekarang. Opini kontra banyak terucap dari orang tua dan peserta didik, pernyataan kontra pihak orang tua mengatakan bahwa program ini tidak penting untuk peserta didik, hanya membuang-buang uang, dan tidak ada kaitannya dengan pelajaran. Sedangkan peserta didik juga tak sedikit yang mengeluh mengenai perubahan cara belajar mereka, dari yang hanya belajar berdasarkan buku, sekarang belajar secara kontekstual, berdasarkan dari kenyataan sekitar.

Keluhan-keluhan tersebut dapat kita jumpai ketika membuka media sosial Tiktok, yang sering kali lewat melalui FYP (For Your Page) atau beranda kita. Banyak sekali murid yang mendokumentasikan proses pembuatan P5 mereka, dan setiap sekolah memiliki proses yang berbeda-beda. Ada yang membuat gaun dari bahan daur ulang, membuat batik, membuat poster, membuat kerajinan, dan sebagainya. Tetapi ada juga yang menari, bernyanyi, dan bermain musik, sebab untuk menanamkan pancasila dimulai dari mengenal budaya serta seni hingga sejarah dari negara Indonesia.

Dalam video-video itu, para murid menyampaikan caption yang lucu dan penuh keluhan. Seperti postingan akun @daily144 yang menggunakan caption "Kurikulum merdeka memang bebas, tapi nggak terbebas dari P5 yang bikin capek." Ada juga dari @zulvkri yang mengeluarkan semua unek-uneknya tentang P5 "Udah pulang sore, kelompokan dan ngabisin uang, presentasi, hafalan, ekstra kuis, banyak catatan, praktek buat ngejar nilai, tugas video. Ya Allah maaf kalau suka ngeluh, tapi ini beneran capek banget." Diiringi dengan komentar-komentar lain yang juga mengalami hal yang sama. Meskipun begitu, masih banyak pula peserta didik yang asyik menjalani kegiatan ini karena dinilai seru dan tidak perlu belajar yang terlalu berat.

Tetapi kurikulum merdeka terutama P5 sangat cocok dan penting untuk diterapkan pada era pendidikan sekarang ini. Sebab dunia mengalami era globalisasi yang sangat pesat, menuai banyak pengaruh-pengaruh buruk yang mempengaruhi pikiran dan karakter peserta didik. Apalagi para murid masih banyak yang sedang masa pendewasaan sehingga cara berpikir mereka masih belum stabil atau labil. Untuk itu guru harus memanfaatkan betul kegiatan P5 ini, bila P5 dilakukan secara benar maka akan banyak sekali manfaat yang dirasakan, seperti membentuk karakter peserta didik sesuai nilai dan norma bangsa Indonesia, menimbulkan rasa tanggung jawab, gotong royong, berpikir kreatif, dan masih banyak lagi.

Supaya problem-problem seperti pengeluaran yang banyak dan keluhan lelah itu tidak terus terjadi, maka ada beberapa solusi yang bisa dilakukan, diantaranya:

  • Guru harus selalu memantau perkembangan yang dilakukan peserta didik dalam proses pembuatan kegiatan P5, dan bisa juga membantu sedikit-sedikit, agar peserta didik merasa diperhatikan dan kelelahan mereka berkurang.
  • Perlu sosialisasi atau workshop sebelum memulai kegiatan P5, yang dapat dilakukan oleh guru, peserta didik, bahkan wali murid agar lebih paham mengenai konsep-konsep P5.
  • Pihak sekolah sebaiknya memilih tema yang sederhana agar pengeluaran tidak banyak, sebab tidak semua peserta didik mempunyai keuangan yang baik. Dan bila berkemungkinan, sebaiknya pemerintah memberikan bantuan dana untuk mengurangi pengeluaran dari peserta didik. Sebab P5 merupakan program dari pemerintah.
  • Peserta didik sebaiknya lebih banyak mencari sumber referensi agar lebih banyak ide yang dapat dituangkan untuk program ini.

Semoga dengan adanya P5 dan solusi yang diberikan dapat mengubah perspektif masyarakat mengenai hal-hal buruk program P5. Juga diharapkan adanya kurikulum merdeka benar-benar menerapkan pembelajaran yang merdeka dari segi mendapat pelajaran yang bermanfaat bagi seluruh peserta didik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline