Lihat ke Halaman Asli

Saksi Sejarah Wisata Candi Sambisari

Diperbarui: 20 Mei 2023   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi 

Candi Sambisari adalah sebuah candi Hindu yang terletak di Desa Sambisari, Kecamatan Purwomartani, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Candi ini ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1966 saat proses pemurnian sumur oleh petani di daerah tersebut. Candi Sambisari ini ditemukan oleh Arjo Wiyono yang sedang mengolah tanah milik Karyoinangun. Ketika menyangkul tanah, ternyata cangkul Arjo Wiyono membentur sebuah batu yang ternyata adalah reruntuhan dari candi. Setelah ditemukan, kemudian hal ini ditindaklanjuti oleh Kantor Cabang I Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional (LP2N) di daerah Prambanan, yang melakukan ekskavasi pada September 1966. Candi ini juga mengalami proses pemulihan dan modifikasi yang dilakukan antara tahun 1966 hingga 1987.

Candi Sambisari merupakan candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, tepatnya dari abad ke-9. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Raja Rakai Garung dari dinasti Sanjaya. Raja Rakai Garung sendiri adalah raja kerajaan Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya dan merupakan pengganti dari Rakai Warak yang berkuasa antara tahun 828 sampai 847. Pendapat ini didukung dengan ditemukannya lempengan emas dengan bertuliskan, "om siwa sthana" yang artinya "hormat, pembuatan tempat (rumah) bagi Dewa Siwa". Konon, candi ini digunakan sebagai tempat ibadah atau pemujaan dewa-dewi Hindu.

Dokumen Pribadi 

Hal itu juga didukung dengan temuan arca bercorak Hindu yang berada di relung dinding tubuh pada sisi luar candi induk, yaitu: arca Ganesa di sisi Timur, ada juga arca Agastya di bagian Selatan dan arca Durga di bagian Utara. Selain arca tersebut, ditemukan pula di tiap titik penjuru arah yaitu arca Mahakala, arca Nandiswara, arca lingga dan yoni yang cukup besar. Keberadaan arca Lingga dan Yoni memiliki arti sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Siwa untuk umat Hindu. 

Pada tahun 1975 sampai 1977 para Arkeolog berhasil menampakkan bangunan candi utama dan tiga buah candi perwara, dan keseluruhan bagian dari candi masih dalam kondisi aslinya. Dan pada saat penggalian tahun 1975 hingga 1977 juga ditemukan beberapa prasasti, diantaranya adalah prasasti Emas yang memiliki ukuran 21 cm.

Bangunan candi Sambisari ini terkubur oleh lapisan abu vulkanik dari bencana alam letusan Gunung Merapi yang terjadi pada abad ke 11 Masehi. Setelah ditemukannya candi ini, dilakukan proses penggalian dan pemugaran yang selesai pada 23 Maret 1987 untuk mengembalikan keadaan candi seperti sedia kala.

Candi Sambisari memiliki arsitektur yang khas dan serupa dengan candi-candi Hindu lainnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan menggunakan batu vulkanik yang dipahat dan disusun secara presisi. Struktur batuan candi Sambisari ini menggunakan material yang berasal dari batu wadas. Jika dilihat lebih detail bangunan candi Sambisari memiliki bentuk yang unik dibandingkan dengan candi-candi yang ditemukan di pulau Jawa. Spesifikasi candi ini dengan luas kompleks halaman mencapai 50 48 meter dan dikelilingi oleh dua lapisan batu.

Candi ini memiliki struktur utama yang terdiri dari ruangan utama, ruangan samping, tangga, dan celah sempit di tengah candi. Candi ini terdiri dari satu candi utama (punden) yang dikelilingi oleh tembok pelingkup dengan pintu masuk di sebelah timur. Candi utamanya berbentuk persegi dengan atap berundak yang menyerupai Meru, struktur arsitektur dalam arsitektur Hindu. Di dalam candi utama terdapat ruang utama yang diyakini sebagai tempat pemujaan atau melakukan ritual keagamaan, dan juga terdapat beberapa ruang samping yang kemungkinan digunakan sebagai tempat penyimpanan.

Dokumen Pribadi 

Ciri khas dari candi Sambisari adalah bangunan utamanya yang terletak di dalam tanah atau berada di bawah permukaan tanah. Candi ini ditemukan dengan kedalaman sekitar 6,5 meter sehingga sebagian besar candi tertutup oleh tanah. Hal ini menandakan bahwa candi ini telah mengalami proses penimbunan oleh letusan gunung Merapi. Untuk mencapai bangunan utama, pengunjung harus turun ke bawah melalui tangga dan melewati lorong sempit yang mengarah ke pintu masuk candi. Hal ini memberikan kesan misterius dan unik pada candi ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline