Lihat ke Halaman Asli

RISMA

Student islamic philosophy

Belenggu

Diperbarui: 7 April 2024   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terlahir sebagai perempuan bukanlah pilihan, tak ada kesepakatan, akan tetapi ini adalah ketentuan takdir yang tak bisa diingkari.

Begitulah tubuhku terlahir sebagai perempuan, terlempar ke dalam desa.

Aku tumbuh sebagaimana gadis desa pada umumnya,
Aku terpenjara sebagaimana gadis desa pada umumnya,
Aku dididik sebagaimana gadis desa pada umumnya, dan
Kebebasanku direbut sebagaimana gadis desa pada umumnya.

Aku dipenjara oleh tubuhku sendiri yang dibangun dalam perspektif, lalu di dasarkan pada opini-opini agama, atau juga kedalam alasan-alasan moral.


Tentulah sebagai gadis yang hendak menjaga kesucian dari dosa akan manggut. Bertahun-tahun lamanya berada dalam buaian semacam ini, hidup dalam asuhan tanpa kebebasan.

Namun ini aku mulai berpikir, bukankah agama menghendaki seorang muslim untuk berilmu? Bukankah seseorang akan lebih kotor bila membiarkan dirinya dalam kebodohan? Dengan alasan apakah kita akan mengatakan bahwa bertahan menjadi orang bodoh akan lebih bermoral ketimbang melawan untuk belajar?

Kutanyakan ini pada alam semesta, atau juga kepada TUHAN yang terus diam-diam mengintipku dari balik tabir, jawab lah!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline