Mohon tunggu...
Hendra
Hendra Mohon Tunggu... Mahasiswa

hobi saya nonton film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berangkat dari mayoritas menjadi minoritas

19 Oktober 2025   07:49 Diperbarui: 19 Oktober 2025   07:49 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya ingin membagikan sedikit pengalaman saya sebagai seorang mahasiswa Muslim yang berkuliah di universitas Kristen. pengalaman ini bagi saya adalah perjalanan untuk memahami perubahan, menghargai perbedaan,dan menumbuhkan toleransi, serta proses belajar. Pada awalnya saya merasa sedikit canggung, Namun seiring berjalannya waktu, saya merasa bahwa menempuh pendidikan di lingkungan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga. pengalaman yang membuka mata saya akan keindahan di balik perbedaan, dan toleransi.

Pengalaman yang berkesan bagi saya adalah ketika mengikuti mata kuliah agama yang diajar oleh pengajar Kristen. Pada awalnya, saya merasa kurang relevan karena perbedaan keyakinan. Akan tetapi secara perlahan saya mulai memahami esensi dari pentingnya belajar dari siapanpun terlepas dari apa background dan kepercayaannya.

Sebagai seseorang yang introvert, saya lebih sering mendengarkan dibanding berbicara karena merasa takut salah dalam berucap. Namun dosen pengajar sangat terbuka, Tidak hanya menjelaskan dari sudut pandang Alkitab (karena berbasis nilai-nilai kristiani), tetapi juga memberi ruang untuk berdiskusi dari berbagai sudut pandang dan pendalat lain. Saya tidak akan pernah lupa satu kalimat ini "iman kita boleh beda, tetapi kita semua sedang mencari kebenaran." Kalimat ini berkesan, dan dari situ, saya belajar bahwa nilai toleransi bukan sekadar memahami perbedaan, melainkan juga menerima dan menghargainya.

Saat dosen tersebut melanjutkan penjelasannya, ucapannya terdengar begitu akrab bagi saya, meskipun tidak berasal dari kitab suci saya sendiri. Islam pun menempatkan kasih sayang sebagai inti dari ajaran. Islam dikenal sebagai rahmatan lil 'alamin --- rahmat bagi seluruh alam. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."

Melalui dua ajaran yang berbeda ini, saya menemukan bahwa cinta dan kebaikan adalah nilai yang sama-sama diajarkan. Meskipun agama kami berbeda, esensinya serupa mengajarkan kita untuk mencintai dan menghormati sesama. Dari situ saya memahami bahwa kebaikan bersifat universal, semua ,keyakinan mengajarkan kita untuk menjadi teladan dalam kasih dan kepedulian.

Dari pengalaman ini, saya semakin paham arti dari Pancasila Sila pertama yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa," ini bukan hanya sekedar kepada Tuhan, tetapi juga tentang menghormati hak orang lain dalam keyakinannya masing-masing. Dan di dalam sila ketiga juga berbunyi "Persatuan Indonesia," ini juga mengingatkan kita bahwa keberagamanan perbedaan bukanlah suatu hal yang buruk, melainkan kekuatan jika kita dapat mewujudkan dan mempar tahankannya.

Nilai-nilai ini terasa jelas di kehidupan kampus saya. Meskipun sebagian besar pengajar dan mahasiswa beragama Kristen, semua diperlakukan sama dan setara tanpa ada perbedaan, baik itu di kelas, di lingkungan kampus, dan juga bagi mahasiswa penerima program beasiswa yang kampus sediakan. Saya tidak merasa dikucilkan, saya menerima perlakuan yang sama dan Bagi saya, ini adalah makna sejati dari toleransi, hidup berdampingan dalam damai dan saling pengertian.

Pengalaman ini memberi saya pandangan baru bahwa perbedaan bukan sesuatu yang harus ditakuti atau di hindari, melainkan sesuatu yang dapat memberikan pengalaman baru. Saya berharap suatu hari Indonesia akan terus menjadi tempat di mana setiap orang dapat dengan bebas dengan keyakinannya, saling menghormati, dan tidak mudah menghakimi hanya karena perbedaan keyakinan.

Ada saat dimana, saya berfikir bahwa iman bukan hanya tentang hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga tentang bagaimana hubungan kita sesame manusia dan baimana kita memperlakukan sesama. Kebaikan dan kasih bisa ditemukan di mana saja. menempuh pendidikan di universitas Kristen sebagai seorang minoritas (dengan agama yang mayoritas) tidak hanya memperluas pengalaman saya, tetapi juga memperdalam rasa empati dan keyakinan saya bahwa keberagaman dapat hidup berdampingan walau dalam perbedaan.

Pada akhirnya, toleransi bukanlah hanya sekedar teori, melainkan cara hidup. bagaimana kita menghargai dan menghormati orang lain, sekalipun ada perbedaan kepercayaan dan keyakinan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun