Lihat ke Halaman Asli

Ketika ketakutan dan Hukum yang tumpul menjadi bayang - bayang negeri

Diperbarui: 9 Oktober 2025   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Di negeri yang gemetar oleh fobia, bingung oleh penegakan hukum yang tersendat, dan letih mencari teladan, tiga cermin ini saling memantulkan wajah kita: ketakutan massal, sandiwara pengusutan, dan sumpah yang membeku sebagai teks.


F. Rahardi mengingatkan bahwa ketakutan bisa beranak-pinak, sebagaimana ulat bulu yang tiba-tiba memenuhi ranting-ranting; bukan hanya alam yang ringkih, melainkan moral para pemimpin yang mengerut. "Saat ini yang rusak bukan sekadar alam dan lingkungan, melainkan juga moralitas para pemimpin." Ketika nalar publik dirajut oleh kabar simpang siur dan otoritas kehilangan kredibilitas, fobia berubah menjadi kebijakan informal yang mengatur perilaku tanpa aturan.

F. Rahardi mengingatkan bahwa ketakutan bisa beranak-pinak, sebagaimana ulat bulu yang tiba-tiba memenuhi ranting-ranting; bukan hanya alam yang ringkih, melainkan moral para pemimpin yang mengerut.


Rahardi tidak bicara dari menara gading; ia menulis setelah menatap langsung kupu-kupu kuning dan membayangkan ledakan larva yang akan memangsa hijau daun. "Saya yakin sekarang anak ulat bulu sudah mulai memangsa apa saja yang hijau di kawasan tersebut." Pengalaman empirik ini penting: ia mengikat opini dengan observasi sehingga kritiknya telak sekaligus bersahaja.


Pada saat lain, editorial soal pagar laut ilegal menuntut negara menunjukan gigi; penyidikan tidak memerlukan akrobat, cukup mengikuti jejak pemasangan patok yang melibatkan banyak orang. "Penyidikan kasus ini semestinya tidak memerlukan teknik yang rumit dan bertele-tele... seharusnya tidak kesulitan menguak dalang." Jika proses sederhana saja dipertontonkan berbelit, publik belajar pelajaran buruk: hukum bisa ditawar bila modal cukup besar.


Karena itu, editorial menagih tanggung jawab pucuk pimpinan---bukan untuk simbol, melainkan untuk memulihkan kepercayaan. "Presiden Prabowo Subianto tidak boleh menganggap enteng... Dia harus memastikan kasus ini diusut tuntas hingga menjerat pidana para aktor dan dalangnya." Penegakan hukum yang tegas adalah vaksin sosial; menunda-nunda hanya menyuburkan konflik di pesisir dan prasangka di daratan.


Budiman Tanuredjo mengajak kita berkaca pada lorong sejarah: dari Reformasi 1998 hingga Sidang Istimewa MPR, ada janji kolektif yang pernah kita ikrarkan, namun kini seolah menguap jadi upacara. "Gerakan Reformasi 1998... Sidang Istimewa MPR tahun 1998 dan tahun 2001." Ketika sumpah dan etika berubah menjadi teks mati, arah kompas moral bergantung pada figur---dan di sanalah kita merasa kehilangan.


"Kita kehilangan Hatta... Gus Dur... IJ Kasimo," tulisnya, menyebut nama-nama yang dahulu menjadi jangkar nurani. Krisis teladan membuat kebijakan kehilangan jiwa, dan aparat kehilangan keberanian memilih yang benar ketika bertemu logika untung-rugi. Tanpa figur yang mempraktikkan integritas, reformasi hanya papan slogan yang memudar di panas hujan.


Ketakutan massal menumpulkan nalar; penegakan hukum yang berkelok mengikis kepercayaan; dan hilangnya teladan mematikan inspirasi : tiga hal ini saling memperkuat dalam spiral menurun. Karena itu, strategi pembenahan harus simultan: literasi publik yang jernih untuk meredam fobia, penegakan hukum yang cepat--tepat untuk memulihkan wibawa, dan investasi serius pada kepemimpinan berkarakter yang diuji oleh contoh, bukan retorika.

Krisis teladan membuat kebijakan kehilangan jiwa, dan aparat kehilangan keberanian memilih yang benar ketika bertemu logika untung-rugi.


Di tingkat kebijakan, penyidikan pagar laut mesti dituntaskan dan tindak-lanjut kebijakan pesisir dievaluasi terbuka; di tingkat budaya, kita perlu merayakan teladan kerja diam-diam---guru, nakes, jaksa, hakim, penyidik---yang menjaga api etika di posnya masing-masing. Fobia tidak akan menguasai ruang publik bila kepercayaan pada institusi dipulihkan melalui transparansi dan hasil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline