Lihat ke Halaman Asli

Dr. Raiders Salomon Marpaung.

Guru Olahraga Purna Tugas

Rumah Produktif Indonesia Menggelar International Conference on Indonesia and Global Affairs (ICIGA)

Diperbarui: 1 Oktober 2022   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok: Panitia)

                                                                                                                             

Indonesia sebagai anggota G20 mendapat kehormatan setelah pada Riyadh Summit 2020 secara resmi ditetapkan sebagai Presidensi G20. Presidensi G20 Indonesia secara resmi dimulai tanggal 21 Desember 2021. Masa Presidensi G20 Indonesia akan berakhir sampai dengan pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). KTT akan diselenggarakan di Bali pada 15-16 November 2022 saat serah terima presidensi berikutnya.

Forum G20 dibentuk atas inisiasi negara-negara anggota G7 pada tahun 1999. G20 merupakan bagian penting dunia karena merepresentasikan lebih dari 2/3 penduduk dunia, 80% PDB dunia, dan 75% perdagangan global.

Finance Track dan Sherpa Track merupakan dua arus isu yang dibahas Forum G20. Pembahasan yang berfokus pada isu keuangan akan dibahas melalui Finance Track. Sementara pembahasan dalam bidang-bidang yang lebih luas, dibahas melalui Sherpa Track.

Terkait dengan posisi Indonesia sebagai Presidensi G20, Perpusnas Press menerbitkan buku berjudul "Pulih Bersama Bangkit Perkasa: Gagasan Optimis dari Indonesia untuk Kebangkitan Dunia Pasca Pandemi Covid-19" yang diinisiasi Perkumpulan Rumah Produktif Indonesia (RPI). Buku G20 tersebut diberi sambutan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI M. Syarif Bando.

Dalam sambutannya M. Syarif Bando mengatakan bahwa Perpustakaan Nasional RI menyambut baik inisiatif penerbitan buku ini dalam rangka menyukseskan event internasional G20. Amanat Presidensi G20 menurut Syarif Bando sangat strategis untuk menampilkan peran Indonesia dalam menyelesaikan berbagai masalah global.

Menurut Yanuardi Syukur selaku inisiator buku G20 Perpusnas Press dan Founder Rumah Produktif Indonesia, buku ini adalah kontribusi gagasan dari masyarakat sipil Indonesia untuk berbagai isu yang melanda masyarakat global. "Sejauh ini, sejak KTT G20 pertama 2008 di Amerika Serikat, kemudian berlanjut ke Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Korea Selatan, Perancis, Meksiko, Rusia, Australia, Turki, China, Jerman, Argentina, Jepang, Saudi Arabia, hingga Italia 2021, kita belum mendapatkan gagasan kolaboratif masyarakat sipil di negara host tersebut," kata Yanuardi.

Kolaborasi 150 penulis dalam buku ini menurutnya adalah bagian dari peran penting masyarakat untuk menyukseskan event internasional yang dipercayakan masyarakat dunia pada Indonesia. Dia berharap, Presidensi G20 selanjutnya, baik di India, Brazil atau Afrika Selatan turut disupport oleh gagasan dari masyarakat sipil. "Agar isu internasional tidak hanya dipikirkan dan diimplementasikan secara top down, tapi lebih bagus lagi jika ada bottom up," tambah Yanuardi yang juga Peneliti Center for Strategic Policy Studies UI.

"Buku ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi gagasan dari masyarakat sipil Indonesia sekaligus sebagai masukan bagi berbagai isu yang dibahas dalam rangkaian event Presidensi G20 Indonesia," tambah Yanuardi Syukur.

Selain itu, berbagai gagasan dalam buku ini juga didiseminasi dalam International Conference on Indonesia and Global Affairs (ICIGA) yang digagas Rumah Produktif Indonesia selama September hingga Desember 2022.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline