Lihat ke Halaman Asli

Tino Rahardian

TERVERIFIKASI

Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Menelisik Relasi Negara dan Kelompok Kuasa Jalanan, Bagaimana Nasib Dunia Bisnis?

Diperbarui: 21 Maret 2025   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi penindakan aksi premanisme.(Foto: Kompas.id)

Hubungan antara negara dan kelompok preman di Indonesia merupakan fenomena kompleks yang telah berkembang seiring dengan perubahan sosial-politik.

Dari era kolonial hingga pasca-Reformasi, kelompok-kelompok ini telah berfungsi sebagai alat bagi penguasa untuk mempertahankan kontrol sosial.

Sementara itu, mereka juga beradaptasi dengan dinamika politik yang berubah untuk memastikan keberlangsungan eksistensi mereka.

Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun struktur formal negara ada, kekuatan informal seperti premanisme tetap memiliki peran penting dalam membentuk realitas sosial di Indonesia.

Hubungan antara negara dan kelompok preman di Indonesia telah menjadi bagian integral dari sejarah sosial dan politik negara ini.

Situasi ini tidak hanya mencerminkan interaksi antara kekuasaan formal dan informal, tetapi juga menunjukkan bagaimana kelompok-kelompok ini berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan politik dan ekonomi tertentu.

Awal Mula Hubungan Negara dan Preman

Preman, berasal dari Bahasa Belanda vrijman, yang bermakna "manusia Merdeka". Namun, mengalami pergeseran makna menjadi "individu yang menjalankan kekerasan".

Atau intimidasi untuk tujuan tertentu, seperti pemerasan atau penguasaan wilayah dengan kekuatan fisik.

Sejak era kolonial, praktik premanisme sudah ada sebagai respons terhadap ketidakadilan sosial yang dipertahankan oleh kekuasaan penjajah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline