Di jantung Pegunungan Gheralta yang terjal dan sunyi, berdiri sebuah mahakarya spiritual yang nyaris tak masuk akal: Abuna Yemata Guh. Gereja ini bukan dibangun dengan batu bata atau kayu seperti umumnya rumah ibadah, melainkan dipahat langsung dari tebing curam setinggi ratusan meter.Â
Dari kejauhan, bangunan ini hampir tak terlihat karena menyatu dengan alam, namun di dalamnya tersimpan kisah tentang iman, seni, dan ketekunan manusia.
Abuna Yemata Guh sering disebut sebagai gereja paling berbahaya di dunia untuk dikunjungi, bukan karena suasananya yang menyeramkan, melainkan karena jalur menuju ke sana benar-benar menantang jiwa dan raga.Â
Meski begitu, setiap tahun ada saja peziarah, wisatawan, bahkan keluarga dengan bayi kecil yang rela menempuh jalur sulit demi bisa merasakan kesakralan tempat ini. Ia bukan sekadar bangunan ibadah, tetapi simbol keyakinan yang bertahan lintas zaman.
Pendakian Menuju Surga: Rute yang Menantang Jiwa dan Raga
Untuk mencapai gereja ini, pengunjung harus melalui pendakian vertikal yang curam tanpa tali pengaman modern. Jalan setapak yang sempit dipahat langsung di batu karang, sementara di kanan dan kiri terbentang jurang sedalam ratusan meter.Â
Ada bagian di mana pengunjung harus merayap di tepi tebing, bahkan menyeberangi jembatan alami dari batu dengan jurang sedalam 250 meter di kedua sisinya.
Pendakian ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, melainkan juga ritual spiritual. Setiap langkah dianggap sebagai lambang perjuangan manusia menuju kesucian. Menurut kepercayaan lokal, tak pernah ada yang jatuh selama melakukan perjalanan ini, sebuah keyakinan yang menambah aura sakral dari Abuna Yemata Guh.
Tidak sedikit peziarah yang menggambarkan pengalaman mendaki ke gereja ini sebagai campuran antara rasa takut dan rasa kagum. Di satu sisi, tubuh diuji dengan jalur berbahaya, namun di sisi lain, hati dipenuhi rasa damai karena setiap langkah terasa dilindungi oleh iman.