Lihat ke Halaman Asli

Naura Imana Ahmadi

Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 24

Perempuan itu lemah? Ketangguhan dan Kegigihan Seorang Perempuan yang Melawan Penyakit Kanker Payudara

Diperbarui: 4 Mei 2025   20:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: gambar di ambil melalui  https://images.app.goo.gl/ntiGpH7bVFgQWq2H6

     Perempuan itu lebih lemah daripada laki-laki? Pertanyaan ini memicu perdebatan dan perbedaan pendapat yang signifikan di kalangan publik. Jika benar perempuan itu lemah, lantas bagaimana dengan para tokoh pahlawan perempuan, seperti R.A. Kartini, Cut Nyak Meutia, Dewi Sartika, dan masih banyak lainnya. Tidak usah jauh-jauh, ibu kita sendiri telah mengorbankan nyawanya demi melahirkan kita kedunia ini.

      Salah satu perempuan hebat lainnya adalah Riani Nurdin seorang perempuan paruh baya dan sebagai ibu dari kedua anaknya, kelahiran Klaten, Jawa Tengah. Beliau juga bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Beliau adalah sesosok perempuan tangguh yang berhasil sembuh dari kanker payudara.

foto Riani Nurdin sumber: dokumentasi pribadi

      Menurut penjelasan dari Alodokter, kanker payudara terjadi ketika sel-sel pada jaringan payudara mengalami perubahan dan tumbuh secara tidak terkendali, yang umumnya ditandai dengan benjolan di payudara. Kanker ini dapat berkembang di berbagai bagian payudara, termasuk kelenjar penghasil air susu, saluran yang membawa air susu ke puting, serta jaringan lemak atau jaringan ikat. Meskipun lebih sering dialami oleh wanita, kanker payudara juga dapat menyerang pria (Alodokter, 2024).

      Cerita bermula saat masa pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia. Awal mulanya beliau menemukan benjolan di payudaranya. Dengan segera beliau ke rumah sakit untuk mengecek kondisinya. Dokter memintanya untuk dibiopsi. Biopsi adalah prosedur medis untuk mengambil sebagian kecil jaringan tubuh, lalu jaringan itu akan diperikasa di laboratorium untuk mengecek adanya suatu kelainan atau penyakit, terutama kanker. Pada biopsi pertama ini dokter menyatakan bahwa itu bukan kanker.

      Namun, ternyata benjolan itu muncul kembali. Sehingga dokter memutuskan untuk melakukan tindakan biopsi yang kedua kalinya. Pada biopsi yang kedua ini dokter menyatakan bahwa terdapat kanker ganas yang bersemayam di tubuh Riani. Sehingga dokter mengambil tindakan lanjutan yaitu mengangkat payudara Riani, agar sel kanker tidak semakin menyebar.  Keputusan dokter sudah bulat sehingga Riani dengan berat hati menerima tindakan operasi tersebut demi menyelamatkan nyawanya. Selama proses itu Riani hanya ditemani oleh sang suami karena keadaan sedang pandemi COVID-19 sehingga hanya boleh satu orang saja yang menemaninya. Namun, keluarganya juga tetap menyemangatinya dari belakang.

      Tidak berhenti sampai disitu saja. Riani harus menjalani kemoterapi. Kemoterapi beliau jalani 6 kali setiap 21 hari sekali. "Pada hari pertama dan kedua setelah kemoterapi masih aman-aman saja, tetapi pada hari ketiga mulai terasa tidak enak badan dan dihari kelima saya sudah kembali bekerja di kantor hingga hari ke-20 dan kembali menjalani kemoterapi pada hari ke-21", kata Riani. Setiap hari ketujuh setelah kemoterapi aka nada tes leukosit, jika leukosit stabil maka diperbolehkan untuk pulang, namun, jika leukosit kurang harus menginap di rumah sakit. Riani pada kemoterapi pertama menginap dirumah sakit karena leukositnya yang rendah. "Untuk kemoterapi kedua hingga keenam, leukosit saya aman sehingga dapat pulang setelah tes leukosit. Yang penting harus makan banyak", kata Riani. Perjuangan disaat kemoterapi juga tidak mudah bagi Riani. Beliau harus mengikhlaskan rambutnya rontok hingga meutuskan untuk memotong habis rambutnya dan mual-mual saat menjalani proses kemoterapi. Namun, dengan semangat dan daya juang yang dimiliki Riani, beliau dapat menjalanimya dengan baik. Tidak lupa juga dengan dukungan suami tercinta dan keluarganya.

      Kabar buruk kembali hadir. Pasca kemoterapi, kembali muncul benjolan di atas bekas jahitan operasi pengangkatan payudara. Dokter kembali melakukan operasi untuk yang ke-4 kalinya untuk mengambil benjolan tersebut. Kali ini, benjolan tersebut bukanlah kanker melainkan hanya radang biasa.

      Apakah perjuangannya sampai disitu saja? Tentu tidak. Riani menjalani pengobatan hormonal selama 5 tahun. "Tahun ini adalah tahun ke-5 saya menjalani pengobatan hormonal", kata Riani. Tidak lupa juga ada pemeriksaan kesehatan rutin ke rumah sakit setiap 6 bulan sekali.

      Untungnya beliau langsung menyadari hal yang berbeda dengan dirinya, sehingga langsung mengecek ke dokter. Tindakan itu menjadi salah satu faktor yang menunjang keberhasilan sembuh dari penyakit kanker ini, yaitu pendekteksian awal. Sehingga pengobatan bisa berjalan segera, sebelum semakin parah. Untuk seluruh perempuan, kita harus menyayangi diri kita dan kita harus peka dengan perubahan-perubahan yang ada pada diri kita. Agar, hal-hal buruk bisa terdeteksi lebih dini sebelum hal tersebut semakin parah.

      Riani berhasil sembuh setelah menjalani 4 kali operasi, kemoterapi, pengobatan hormonal, dan juga pemeriksaan kesahatan rutin. Riani, perempuan hebat yang tetap bekerja ditengah-tengah perjuangannya untuk melawan penyakit kanker. Riani seorang perempuan yang gigih, berani, dan pantang menyerah dalam menjalani proses hidupnya melawan penyakit kanker.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline