Lihat ke Halaman Asli

Syukri Muhammad Syukri

TERVERIFIKASI

Menulis untuk berbagi

Petik Kopi Ditengah Ancaman Ulat Bulu

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13967954891471185609

[caption id="attachment_318856" align="alignright" width="300" caption="Ulat bulu diantara buah kopi yang siap petik."][/caption]

Di Indonesia, petani termasuk salah satu pilihan pekerjaan yang terendah. Setelah seseorang tidak diterima (tidak lulus) di lapangan pekerjaan yang lain, biasanya mereka beralih menjadi petani. Demikian pula halnya dengan petani kopi di Aceh Tengah, mereka menjadi petani karena tidak memiliki keterampilan dibidang yang lain.

Bekerja sebagai petani kopi sama dengan bekerja dalam resiko. Resiko paling menyedihkan yang dialami petani ketika anjloknya harga jual kopi. Akibatnya, biaya produksi tak tertutupi. Sedangkan resiko yang paling menyakitkan ketika tubuh petani disengat binatang berbisa atau terkena bulu ulat.

Sore tadi, Minggu (6/4/2014), kompasianer mencoba mewawancarai seorang perempuan pemetik kopi bernama Inen Dyan (48) di ladangnya, Kampung Atang Jungket, Kecamatan Bies, Aceh Tengah. Sebenarnya, fokus wawancara sore itu terkait panen dan perkembangan harga jual kopi ditingkat petani.

Dia dan suaminya setuju untuk bertemu kompasianer di ladangnya yang terletak tidak jauh dari Kantor Camat Bies. “Kami di kebun, datang aja kesini, kebetulan jeruk keprok lagi berbuah nih,” undang suami Inen Dyan melalui telepon seluler.

Begitu tiba di depan ladang kopi Inen Dyan, tiba-tiba menyeruak sesosok perempuan dari sela-sela pohon kopi. Dipinggangnya terikat karung plastik yang sudah penuh biji kopi berwarna merah. Kaget luar biasa! Kompasianer berusaha mengenali sosok itu, ternyata dia adalah Inen Dyan.

Anehnya, wajah Inen Dyan tidak semulus biasanya tetapi sudah bengkak seperti orang terserang alergi. Bukan hanya wajahnya yang bengkak-bengkak, kedua tangannya juga terlihat bengkak dan memerah. Tangannya menggaruk-garuk wajah dan lehernya yang makin merah dan bengkaknya makin banyak.

Inen Dyan sepertinya memahami keheranan kompasianer, “bengkak ini terkena bulu ulat, resiko petani saat memetik kopi,” jelasnya sambil mempersilahkan kompasianer mampir ke gubuknya.

Dalam gubuk ukuran 3x3 itu, terlihat suami Inen Dyan sedang menuangkan buah kopi hasil petikannya kedalam karung ukuran 100 Kg. Wajah lelaki paruh baya berkulit kuning langsat itu juga terlihat bengkak-bengkak, sama seperti wajah isterinya. Keduanya pasti terkena racun ulat bulu, tebak kompasianer dalam hati.

[caption id="attachment_318858" align="alignright" width="300" caption="Ulat bulu juga doyan makan kulit merah buah kopi."]

1396795632360088947

[/caption]

Melihat kondisi wajah dan tangan kedua petani kopi itu, rasanya kurang tepat berbincang tentang perkembangan harga jual kopi. Kompasianer malah ingin memastikan penyebab alergi yang menimpa kedua petani kopi itu. Sungguh kasihan melihat tampilan mereka, rasanya tidak sebanding dengan harga kopi yang dipetiknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline