"Menjaga air bukan hanya untuk hari ini, melainkan juga untuk masa depan keluarga, masyarakat, dan lingkungan "
Di keluarga kami, kebutuhan air sehari-hari terasa sudah tercukupi. Sejak beberapa tahun lalu, kami menggunakan sumur bor dengan jet pump sedalam 30 meter. Kami menampungnya untuk persediaan sehari-hari menggunakan Toren Air berkapasitas 500 liter. Airnya melimpah, bahkan hingga sekarang.
Ketersediaan air itu sangat dirasakan oleh keluarga besar setiap hari. Keran di dapur dan mesin cuci selalu lancar. Kamar mandi tidak pernah kekurangan air, bahkan sering juga kami gunakan untuk mencuci mobil atau motor.
Namun, kelimpahan hari ini bukan jaminan untuk esok. Perubahan iklim membuat pola hujan semakin sulit diprediksi. Misalnya, menurut perkiraan cuaca, Agustus 2025 seharusnya musim kemarau. Nyatanya, di tempat saya tinggal, hujan masih turun setidaknya sekali dalam seminggu atau biasa dinamakan kemarau basah. Namun, meski hujan sesekali turun, faktanya tanah cepat mengering lantaran air langsung terserap atau menguap terkena panas terik matahari.
Berbeda dengan kemarau kering yang pernah terjadi di daerah kami. Saat itu, cuaca terasa terik, tanah berdebu diterpa angin. Sebagian sumur warga mengering, debit mata air berkurang, bahkan sawah maupun ladang kekurangan air.
Bagi saya, tinggal di pedesaan membuat kami mendapat sedikit keberuntungan. Pasalnya, tanah yang luas masih mendominasi dibandingkan aspal atau beton seperti di kota. Kondisi ini membantu menjaga cadangan air tanah. Selain itu, aliran mata air di sekitar desa kami masih terus mengalir sepanjang tahun.
Meski begitu, saya sadar tidak semua daerah seberuntung ini. Di banyak tempat lain, terutama saat musim kemarau panjang, masyarakat harus berjuang mencari air bersih. Bahkan, bukan tidak mungkin suatu hari daerah kami pun mengalami hal serupa.
Mengapa bisa begitu? Karena jumlah penduduk terus bertambah, sementara ketersediaan air tetap bahkan cenderung menurun akibat penggunaan berlebihan, baik sengaja maupun tidak. Jika tidak dikendalikan, hal ini dapat menyebabkan turunnya muka tanah dan berkurangnya debit air.
Karena itu, melimpahnya air hari ini tidak boleh membuat kita lengah. Menghemat air bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Dengan berhemat, kita ikut menjaga cadangan alam agar tetap tersedia di masa depan sekaligus meringankan beban lingkungan. Intinya, meski terlihat berlebih, kita tetap harus bijak mengelola air. Jadi, hemat dan menabung adalah kuncinya.
Hemat adalah kunci untuk menghadapi berbagai keterbatasan dalam kehidupan, termasuk soal air. Berbicara tentang hemat air, saya teringat cerita para jemaah haji Indonesia yang sering kesulitan berhemat dalam menggunakan air ketika berada di Tanah Suci.