Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Benci Anies tapi Rindu Jakarta, Piye Jal!

Diperbarui: 19 Mei 2020   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ke Jakarta migran akan kembali (Foto: okezone.com)

"Ke Jakarta aku kan kembali.  Walaupun apa kata Bang Anies."
(
Dengan segala maaf kepada Koes Plus)
 
Jakarta itu, secara politis bisa sangat menyebalkan. Terutama bagi warga, tetap atau migran, yang benci pada gubernurnya. Bukan benci pada kotanya, tapi gubernurnya.

Begitulah. Sekalipun misalnya Gubernur Anies Baswedan sukses menjadikan Jakarta "sukses kotanya bahagia warganya", para pembenci Anies itu tetap saja benci Jakarta secara politis.

Tapi, secara ekonomi, Jakarta itu sangat menyenangkan. Tak perduli siapapun gubernurnya.  Jokowi, Ahok, dan Anies sama saja.  Karena yang bikin senang itu adalah uang yang numpuk di Jakarta.

Bayangkan. Sekitar 70 persen perputaran uang nasional ada di Jakarta.  Nah, siapa yang tak tergiur ke Jakarta.  Berharap bisa kecipratan uang.

Karena itu, para migran yang kini sudah kadung "pulang kampung" atau sukses "mudik liar", pastilah rindu kembali ke Jakarta. Dengan cara apapun. Bukan demi Anies tapi demi uang. 

Dalam hati, para migran itu pasti bernyanyi dalam nada rock, "Ke Jakarta aku kan kembali. Walaupun apa kata Bang Anies!"

Apa Sih Kata Bang Anies?
Kata Bang Anies, bagi migran yang sudah kadung pulang kampung, atau "mudik liar", atau apapun istilahnya, tidak akan mudah masuk kembali ke Jakarta.

Anies 100 persen serius, gak main-main.  Per tanggal 14 Mei 2020 dia sudah menerbitkan dan memberlakukan  Pergub Nomor 47/2020 tentang pembatasan bepergian keluar dan/atau masuk Provinsi DKI Jakarta dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

Pesan utama Pergub itu bagi para migran, pemegang e-KTP Non-Jakarta, "Hari saat lu maksa keluar dari Jakarte adalah hari terakhir lu nginjek bumi Jakarte."  

Sekejam itu ibu kota, eh, Gubernur Ibu Kota? Tidak.  Yang kejam itu pandemi Covid-19. Jakarta lagi "perang total" melawan "kekejaman Covid-19".  Karena itu perlu aturan "keras" menahan semua orang tetap diam di dalam kota.  

Jangan sampai warga keluar Jakarta menyebar Covid-19 ke tempat tujuan.   Juga jangan sampai warga masuk Jakarta membawa Covid-19 dari tempat asal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline